PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL BERBASIS INKUIRI
I.
PENDAHULUAN
Pada proses pembelajaran, guru
memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan merancang dan menggunakan strategi
pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa agar lebih kritis dan
kreatif. Sesuai dengan pernyataan tersebut, berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran bergantung
pada kemampuan dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran dan dapat dilihat
dari model pembelajaran yang diterapkan[1]. Dalam
proses pembelajaran matematika selama ini, guru cenderung mendominasi dan
kurang melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat
membuat siswa hanya mengingat materi yang baru disampaikan dan sulit mengingat
materi yang telah lalu karena proses pembelajaran kurang bermakna.
Untuk
itu diperlukan model pembelajaran yang tepat dan akurat agar dapat meningkatkan
aktivitas belajar, memahami makna dari materi yang diterima dan kemampuan siswa
dalam mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru. Salah satunya adalah
melalui Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) berbasis inkuiri. Untuk meningkatkan daya serap
siswa terhadap materi pelajaran, peneliti menggunakan pembelajaran berbasis
inkuiri (penemuan) agar siswa terlibat secara aktif dalam masalah-masalah yang
dibahas. Siswa diprogramkan agar selalu aktif, secara mental maupun fisik,
sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka ”menemukan sendiri”
konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah dengan penerapan pembelajaran
kontekstual berbasis inkuiri pada materi lingkaran dapat meningkatkan aktivitas
dan daya serap siswa kelas VIII-D SMP Negeri 8 Mataram tahun pelajaran
2013/2014 ?”.
Adapun
tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas
dan daya serap belajar siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 8 Mataram tahun
pelajaran 2013/2014 melalui penerapan pembelajaran kontekstual berbasis
inkuiri pada materi lingkaran
[2]Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap[3].
Pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Semua unsur-unsur yang mempengaruhi pembelajaran harus
berinteraksi secara kompleks, sehingga apa yang diinginkan dari pembelajaran
tercapai[4]. Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan iklim
dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa[5]
[6]Pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. [7]Inkuri (inquiry-based teaching) adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu
persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu
prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. [8]suatu
pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara
berpikir ilmiah”.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
dikerjakan secara maksimal yang terjadi di
dalam sebuah kelas secara bersamaan dengan tujuan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran[9].Adapun pembagian materi
dan alokasi waktu berdasarkan silabus pembelajaran untuk setiap siklus dapat dilihat pada tabel berkut.
Tabel
2.1 sub pokok materi dan alokasi waktu untu setiap siklus.
Siklus
|
Pertemuan
Ke-
|
Sub
Pokok Bahasan
|
Alokasi
Waktu
|
I
|
I
|
Menyebutkan unsur-unsur dan
bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur, tali
busur, juring dan tembereng.
|
2 x 40 menit
|
II
|
Pendekatan
nilai
phi
|
2 x 40 menit
|
|
III
|
Evaluasi I
|
2 x 40 menit
|
|
II
|
I
|
Menentukan rumus keliling dan luas
daerah lingkaran
|
4 x 40 menit
|
II
|
Menghitung keliling dan luas daerah
lingkaran
|
2 x 40 menit
|
|
III
|
Evaluasi II
|
2 x 40 menit
|
|
Jumlah
|
14
x 40 menit
|
Data-data dalam
penelitian ini terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar
observasi aktivitas guru sedangkan untuk tes daya serap belajar siswa berupa
soal uraian (essay) yang disiapkan pada ahkhir setiap siklus. Data observasi
aktivitas siswa dan guru diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator keberhasilan dari
penelitian ini adalah 1) Daya serap siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata
hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata hasil
evaluasi siklus sebelumnya dan minimal memperoleh nilai
untuk ketuntasan individu dan 85 % untuk
ketuntasan belajar klasikalnya. 2) Aktivitas belajar matematika siswa meningkat
apabila mengalami peningkatan dari rata-rata skor pada tiap siklusnya dan
minimal berkategori aktif setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual
berbasis inkuiri.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan II yang terdiri dari tiga
pertemuan dengan dua pertemuan untuk penyampaian materi dan satu pertemuan
untuk soal evaluasi. Berikut disajikan
tabel hasil analisis observasi aktivitas dan hasil evaluasi belajar siswa
siklus I dan siklus II.
Tabel
3.1.
Ringkasan Hasil Observasi dan Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Tiap Siklus.
Siklus
|
Aktivitas Belajar
|
Hasil
Evaluasi Belajar
|
|||
Rata-rata
skor
|
Kategori
|
Nilai
Rata-rata
|
Ketuntasan
Klasikal
|
Persentase
Daya Serap
|
|
I
|
12,15
|
Aktif
|
70,95
|
64,86 %
|
78,82 % (baik)
|
II
|
13,32
|
Aktif
|
76,73
|
86,48 %
|
80,77 % (sangat baik)
|
Dari
hasil analisis tabel 4.6, aktivitas belajar siswa pada siklus I berkategori
aktif dengan rata-rata skor 12,15 dan pada siklus II mengalami peningkatan skor
rata-rata yaitu 13,32 dengan kategori aktif. Hasil tersebut telah mencapai
indikator keberhasilan yang yang ditetapkan yaitu minimal berkategori aktif.
Akan tetapi untuk ketuntasan klasikal yang diperoleh hanya baru mencapai 64,86% dengan nilai rata-rata 70,95. Hasil
tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan walauapun nilai rata-rata sudah
terpenuhi tetapi mengalami peningkatan hanya 0,95 dari rata-rata yang
ditentukan. Hal ini disebabkan karena siswa belum bisa memahami konsep dari
materi pelajaran dengan baik. Sedangkan untuk persentase daya serap sudah
mencapai indikator keberhasilan yaitu 78,82% dengan kategori baik.
Dari
tabel 4.6 di atas dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata siswa 76,73 dengan ketuntasan klasikalnya sebesar
86,48% dan persentase daya serap siswa mencapai 80,77% dengan kategori sangat
baik. hasil tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan pada penelitian ini.
Indikator keberhasilan ini dapat tercapai disebabkan siswa sudah mulai memahami
dan memaknai dari materi yang dipelajari sehingga daya serap terhadap pelajaran
meningkat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Rata-rata skor aktivitas belajar siswa
pada siklus I dan siklus II berturut-turut masing-masing 12,15 (aktif) dan
13,32 (aktif)
2.
Persentase daya serap siswa siklus I dan
siklus II berturut-turu yaitu 78,82 % (baik) dan 80,77 % (sangan baik).
Untuk nilai rata-rata pada siklus I dan
siklus II berturut-turut adalah 70,95 dan 76,73 dengan urutan ketuntasan
klasikal 64,86 % dan 86,48 %.
B. Saran
1.
pembelajaran kontekstual berbasis
inkuiri sebagai pembelajaran alternative dalam kelas sehingga dapat menambah
pengalaman baru bagi guru dalam mengenal variasi pembelajaran sebagai upaya
untuk meningkatkan aktivitas dan daya serap siswa
2.
Bagi
siswa diharapkan dapat lebih aktif dan termotivasi untuk menemukan
konsepnya secara mandiri melalui kerjasama
kelompok sehingga aktivitas
siswa meningkat dan ingatan terhadap materi lebih lama.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]Slameto. 2003. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
[2]Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta.
[3]Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media
Abadi
[4]Aqib, Z. 2002. Profesionalisme
Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
[5]Suyitno. 2004. Metode dan Model-model Pembelajaran
Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
[6]Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas.
Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
[7]Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
[8]Sanjaya, W.
2005. Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Pranada Media Group
[9]Arikunto, S.
2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar