Minggu, 06 September 2015

ARTIKEL PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL BERBASIS INKUIRI



PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL BERBASIS INKUIRI
 
I.         PENDAHULUAN
Pada proses pembelajaran, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan merancang dan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa agar lebih kritis dan kreatif. Sesuai dengan pernyataan tersebut, berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran bergantung pada kemampuan dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran dan dapat dilihat dari model pembelajaran yang diterapkan[1]. Dalam proses pembelajaran matematika selama ini, guru cenderung mendominasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membuat siswa hanya mengingat materi yang baru disampaikan dan sulit mengingat materi yang telah lalu karena proses pembelajaran kurang bermakna.
Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat dan akurat agar dapat meningkatkan aktivitas belajar, memahami makna dari materi yang diterima dan kemampuan siswa dalam mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru. Salah satunya adalah melalui Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berbasis inkuiri. Untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran, peneliti menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri (penemuan) agar siswa terlibat secara aktif dalam masalah-masalah yang dibahas. Siswa diprogramkan agar selalu aktif, secara mental maupun fisik, sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka ”menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah dengan penerapan  pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri pada materi lingkaran dapat meningkatkan aktivitas dan daya serap siswa kelas VIII-D SMP Negeri 8 Mataram tahun pelajaran 2013/2014 ?”.
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan daya serap belajar siswa kelas VIII-D  SMP Negeri 8 Mataram tahun  pelajaran 2013/2014 melalui penerapan pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri pada materi lingkaran
[2]Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap[3].
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua unsur-unsur yang mempengaruhi pembelajaran harus berinteraksi secara kompleks, sehingga apa yang diinginkan dari pembelajaran tercapai[4]. Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa[5]
[6]Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. [7]Inkuri (inquiry-based teaching)  adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. [8]suatu pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah”.
II.      METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian  tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan dikerjakan secara maksimal yang terjadi di dalam sebuah kelas secara bersamaan dengan tujuan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran[9].Adapun pembagian materi  dan alokasi waktu berdasarkan silabus pembelajaran untuk setiap siklus dapat dilihat pada tabel berkut.

Tabel 2.1 sub pokok materi dan alokasi waktu untu setiap siklus.
Siklus
Pertemuan Ke-
Sub Pokok Bahasan
Alokasi Waktu
I
I
Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur, tali busur, juring dan tembereng.
2 x 40 menit
II
Pendekatan nilai phi  
2 x 40 menit
III
Evaluasi I
2 x 40 menit
II
I
Menentukan rumus keliling dan luas daerah lingkaran
4 x 40 menit
II
Menghitung keliling dan luas daerah lingkaran
2 x 40 menit
III
Evaluasi II
2 x 40 menit
Jumlah
14  x 40 menit
Data-data dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru sedangkan untuk tes daya serap belajar siswa berupa soal uraian (essay) yang disiapkan pada ahkhir setiap siklus. Data observasi aktivitas siswa dan guru diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah 1) Daya serap siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata hasil evaluasi siklus sebelumnya dan minimal memperoleh nilai  untuk ketuntasan individu dan 85 % untuk ketuntasan belajar klasikalnya. 2) Aktivitas belajar matematika siswa meningkat apabila mengalami peningkatan dari rata-rata skor pada tiap siklusnya dan minimal berkategori aktif setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri.
III.   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan II yang terdiri dari tiga pertemuan dengan dua pertemuan untuk penyampaian materi dan satu pertemuan untuk soal evaluasi.  Berikut disajikan tabel hasil analisis observasi aktivitas dan hasil evaluasi belajar siswa siklus I dan siklus II.
Tabel 3.1. Ringkasan Hasil Observasi dan Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Tiap Siklus.
Siklus
Aktivitas  Belajar
Hasil Evaluasi Belajar
Rata-rata skor
Kategori
Nilai Rata-rata
Ketuntasan Klasikal
Persentase Daya Serap
I
12,15
Aktif
70,95
64,86 %
78,82 % (baik)
II
13,32
Aktif
76,73
86,48 %
80,77 % (sangat baik)
Dari hasil analisis tabel 4.6, aktivitas belajar siswa pada siklus I berkategori aktif dengan rata-rata skor 12,15 dan pada siklus II mengalami peningkatan skor rata-rata yaitu 13,32 dengan kategori aktif. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang yang ditetapkan yaitu minimal berkategori aktif. Akan tetapi untuk ketuntasan klasikal yang diperoleh hanya baru mencapai  64,86% dengan nilai rata-rata 70,95. Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan walauapun nilai rata-rata sudah terpenuhi tetapi mengalami peningkatan hanya 0,95 dari rata-rata yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena siswa belum bisa memahami konsep dari materi pelajaran dengan baik. Sedangkan untuk persentase daya serap sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 78,82% dengan kategori baik.
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa 76,73 dengan ketuntasan klasikalnya sebesar 86,48% dan persentase daya serap siswa mencapai 80,77% dengan kategori sangat baik. hasil tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan pada penelitian ini. Indikator keberhasilan ini dapat tercapai disebabkan siswa sudah mulai memahami dan memaknai dari materi yang dipelajari sehingga daya serap terhadap pelajaran meningkat.
IV.   KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.        Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut masing-masing 12,15 (aktif) dan 13,32 (aktif)
2.        Persentase daya serap siswa siklus I dan siklus II berturut-turu yaitu 78,82 % (baik) dan 80,77 % (sangan baik). Untuk  nilai rata-rata pada siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 70,95 dan 76,73 dengan urutan ketuntasan klasikal 64,86 % dan 86,48 %.
B.     Saran
1.        pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri sebagai pembelajaran alternative dalam kelas sehingga dapat menambah pengalaman baru bagi guru dalam mengenal variasi pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan daya serap siswa
2.        Bagi siswa diharapkan dapat lebih aktif dan termotivasi untuk menemukan  konsepnya secara mandiri melalui kerjasama kelompok sehingga aktivitas siswa meningkat dan ingatan terhadap materi lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
[2]Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
[3]Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
[4]Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
[5]Suyitno. 2004. Metode dan Model-model Pembelajaran Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
[6]Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
[7]Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
[8]Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Pranada Media Group 
[9]Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar