Sabtu, 13 Februari 2016

PENGANTAR FILSAFAT BARAT


PENGANTAR FILSAFAT BARAT

BAB 1
SISTEM FILSAFAT
A.    Filsafat
Apakah filsafat itu?
Secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Tidak mudah mendefinisikan filsafat itu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan filsafat sulit untuk didefinisikan antara lain:
1.      Para filsuf tidak setuju dalam menentukan perioritas objek kajian filsafatnya.
2.      Perbedaan dalam memberi tekanan pada objek kajian filsafat mendorong mereka mendefinisikan filsafat secara berbeda satu sama lain.
3.      Sejak berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan empiris filsafat mengalami redefinisi dalam hal peran dan kontribusinya untuk pengetahuan manusia.
4.      Para filsuf dewasa ini lebih tertarik untuk menganalisi kehidupan manusia secara nyata, baik kehidupan manusia sebagai individu maupun sosial dan kultural.
Sekalipun definisi filsafat beragam, namun semuanya memiliki kesamaan, yakni:
1.      Karya-karya mereka pada umumnya berupaya menemukan hakikat terhadap apa yang mereka teliti.
2.      Hakikat yang dicari bukan hanya hakikat objek yang diteliti, tetapi juga subjek yang meneliti atau yang sedang melakukan pencarian.
3.      Para filsuf tidak melakukan penelitian empiris, baik  survei, eksperimental, atau studi korelasional.
Jenis-jenis filsafat
Filsafat sebagai analisis
Berarti bahwa filsafat merupakan suatu analisi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan. Contohnya adalah analisis atas common sense, analisi atas masalah-masalah etik atau moral, analisi atas masalah-masalah estetik, analisis atas keberadaan tuhan dan agama, analisi atas  ilmu pengetahuan, analisis atas negara, analisi atas manusia, analisis atas masyarakat dan kebudayaan, dan analisis atas kehidupan lainnya. Misalnya politik hukum, ekonomi, dan lain-lain.
Filsafat sebagai sintesis
Berarti bahwa filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam suatu  visi atau pandangan mengenai realitas. Salah satu cabang filsafat yang dinamakan metafisika, kita dapat menemukan pandangan yang bersifat materialistik atau idealistik tentang kenyataan. Apa yang tampak material pada dasarnya adalah modifikasi atau perwujudan dari roh, apakah itu bersifat individual (aku), kolektif (masyarakat), atau yang tunggal (Tuhan).
Filsafat sebagai pencarian makna hidup
Filsafat ini mencoba untuk mencari jawaban tentang makna kehidupan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya antara lain:apakah sebtulnya makna kehidupan ini? apakah sesungguhnya tujuan hidup mannusi itu?.
Filsafat sebagai tinjauan kritis terhadap berbagai masalah kemanusiaan
Melalui filsafat, para filsuf coba mengkritisi dan mengungkap ke permukaan apa yang ada di balik gejala kehidupan yang oleh orang awam sudah lazim. Menurut karl marx (1818-1883), Max Hokheimer (1895-1973), Theodor Adorno (1903-1969), Herbert Marcuse (1898-1973), dan Jurgen Habermas (1929-..) berpendapat bahwa di balik kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan yang kita jalani ini, terdapat ideologi-ideologi tertentu yang langsung maupun tak langsung memengaruhi dan bahkan mendominasi tingkah laku dan pengalaman kita.
Metode dan Kebenaran Filsafat
Ada beberapa metode filsafat yang terkenal adalah: dialektika (Plato, Hegel, Marx, dan Kaum Marxis), skeptisisme (Descartes), Kritik Transedental (kant), fenomologi (Husserl dan para eksistensialis), intuisi (Bergson), dan seterusnya. Sekalipun berbagai metode yang ada, namun memiliki ciri yang sangat esensial, yakni logis (koheren). Tolak ukur untuk mengetahui kebenaran manusia adalah koherensi, korespondensi, dan pragmatis.  Koherensi adalah jenis kebenaran suatu pengetahuan, dimana pernyataan-pernyataan yang menyusun pengetahuan tersebut tidak saling bertentangan, melainkan saling bertautan (koheren). Korespondensi adalah jenis kebenaran suatu pengetahuan dimana pernyataan-pernyataan yang menopang pengetahuan tersebut memiliki acuan pada kenyataan. Pragmatis jenis kebenaran suatu pengetahuan dengan cara mengukur kegunaan dari pengetahuan itu.
Ciri-Ciri Persoalan Filsafat
Filsafat pada dasarnya adalah suatu pendekatan (approach) dalam memandang, mendiskripsikan, dan menginterpretasikan objek-objek kajiannya. Yang membedakan filsafat dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah:
1.      Ruang lingkup persoalannya luas
2.      Tingkat abstraksi persoalannya tinggi
3.      Ppersoalannya mendasar (fundamnetal)
4.      Persoalannya tidak dapat dipecahkan oleh metode ilmiah, yakni melalui observasi atau eksperimen.
5.      Pendekatannya bukan  hanya memberi tekanan pada fakta sebagaimana adanya (das sein), tetapi juga pada bagaimana seharusnya (das sollen).
Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Kedudukan filsafat dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagi berikut:
1.      Tujuan filsafat untuk memahami hakikat dari sesuatu objek yang menjadi kajiannya tetap dipertahankan, tetapi informasi atau pengetahuan yang menunjangnya harus bisa dipertanggunjawabkan bukan hanya secara rasional (logis), tetapi juga secara faktual (dialami langsung oleh kehidupan kita).
2.      Tujuan filsafat untuk mempersoalkan nilai dari suatu objek (aksiologi) tetap dipertahankan. Hal ini pun dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan.
3.      Filsafatpun melakukan  kajian dan kritik terhadap persoalan-persoalan metodologi ilmu pengetahuan. Misalnya, kritik filsafat atas cara kerja dan metodologi ilmu pengetahuan pada prinsipnya mengunutnkan ilmu pengetahuan, karena dapat menjernihkan dan menyempurnakan ilmu pengetahuan. Kritik-kritik mereka terhadap sosial dan kemanusiaan menghasilkan paradigma-pardigma baru dalam ilmu sosial yakni yang bersifat humanistik dan kritis, di samping positivistik.


Beda Antara Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Tabel perbedaan anatara filsafat dan ilmu pengetahuan

Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Pertanyaan inti
-apa? (hakikat)
-Mengapa ? (sebab akibat yang bersifat ultimate) dari mana (asal-usul) dan ke mana (apa yang terjdi berikutnya)
-Mengapa? (sebab-akibat)
-bagaimana ? (dinamika)
Berapa banyak? (kuantifikasi, persentase, frekuensi)

Ruang lingkup masalah
-luas, mencakup semua hal yang ada dan yang mungkin ada
-terbatas pada gejala atau aspek-aspek tertentu, sejauh yang dapat diukur secara empiris).
Metode
-Logis-rasional
-ilmiah, mencakup rasional, empiris, dan terukur.
Fokus kajian
-fakta dan nilai
-fakta, terutama dalam pure science
Hasil (teori)
-intensif (dalam),
-ekstensif (luas)
-kritis (karena berkaita dengan nilai)
-khusunya dalam IPS: terbatas pada populasi dan “kelas “objek yang diteliti.

B.     Epistemologi
Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa yunani, episteme (pengetahuan) dan logos (teori). Jadi epistemologi adalah suatu kajian atau teori filsafat mengenai (esensi) pengetahuan.

Hubungan Anatara Pengetahuan Dengan Kepercayaan Pribadi
Para filsuf mempertanyai tentang validitas kepercayaan orang awam yang sudah lazim, apakah bisa dipertanggungjawabkan?. Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan yang kita miliki sering berbeda dari yang sebenarnya. Misalnya, kita seolah-olah melihat garis batas yang bengkook di dasar kolam renang tapi pada kenyataannya garis tersebut adalah lurus. Persepsi tersebut merupakan gejala yang terjadi pada otak, dan bahwa perubahan kimiawi dan listrik dalam konteks merefleksikan perubahan-perubahan dalam dunia nyatta melalui entita-entita yang sangat teoritis yang dinamakan gelombang elektromagnetik.

Status Pengetahuan Yang Melampaui Pancaindera
Jika pengetahuan diperoleh melalui pancaindera, lalu bagaimana dengan yang mengatasi pancaindera, misalnya metafisika dan agama?, salah satu jawaban penting adalah peran penting rasio dalam membentuk pengetahuan yang melalmpaui pancaindera tersebut.

Status Ontologis Teori-Teori Ilmiah
Gelombang cahaya tidak bisa dilihat seperti kita melihat uang, orang, atau barang. Namun, dapat dikatakan bahwa cahaya itu ada, mempunyai reallitas dan entitasnya sendiri. Ia ada, meski tidak bisa divisualisasikan secara akurat. Konsep yang demikian tidak bisa difikirkan sebagai realitas fisik semata-mata tanpa interpretasi kita.

Analisi Atas Tindakan Mengetahui Itu Sendiri
Hussesrl (1859-1938) menyebutkan bahwa mengetahui pada dasarnya merupakan suatu proses tindakan kesadaran yang dimulai dari objektifikasi, identifikasi, korelassi, dan konstitusi. Konsekuensinya tidak ada pengetahuan yang murni objektif, terlepas dari banya subjek yang  menkonstitusikannya (menciptakannya).

Epitemologi Dan Psikologi
v  Psikologi tertarik pada fakta-fakta, sedangkan epistemologi tertarik pada upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.
v  Psikologi menggeneralisasikan dan mendiskripsikan pristiwa-pristiwa yang berhubungan dengan persepsi, belajar, dan seterusnya; sedangkan epistemologi berkenaan dengan makna dan keniscayaan kognitif dari proses-proses tersebut
v  Psikologi menyelidiki faktor-faktor kognitif yang memengaruhi dan membentuk persepsi, sedangkan epitemologi menguji hubungan logis antara stimulus yang dialami dengan keberadaan dan hakikat dunia di luarnya.
v  Psikologi menyelidiki pentingnya insentif dalam proses belajar, epistemologi mempelajari batas-batas dan jangkauan pengetahuan manusia.
Ruang Lingkup Epistemologi
Batas-batas pengetahuan
Sejumlah jawaban yang diajukan dalam filsafat terkait dengan pengetahuan yang benar yang mungkin tercapai oleh manusia:
v  Skeptisisme: menurut faham ini tidak mungkin kita mencapai pengetahuan, selain berupa pengenalan-pengenalan yang bersifat sementara
v  Realisme Naif: menurut faham ini pengetahuan sangat dimungkinkan sejauh bersesuaian dengan objek yang dipersepsi. Pengetahuan, konsep, gambaran tentang pohon, misalnya, harus bersesuaian dengan pohon yang diamati.
v  Skeptisisme Descartes (Skeptisisme Metodis): menurut Descartes, segala sesuatu (termasuk apa   yang ada dalam pengetahuan kita dan bahkan pengetahuan itu sendiri) dapat diragukan keberadaannya.
v  Realisme Kritis: meski pengetahuan hanya mungkin sebatas pengalaman indera (sebagaimana yang diyakini oleh realisme naif), tetapi pengetahuan yang mengatasi pengalaman pun dimungkinkan, sejauh ada justifikasi rasional terhadapnya.
v  Kritisisme Immanuel Kant: Menurut Kant, Realitas pada dasarnya ke dalam dua dunia, yakni dunia fenomenal (phenomenon, atau dunia sebagaimana menampakkan diri pada pengamat) dan dunia naumenal (naumenon, atau dunia yang sesungguhnya, yang berada di dalam diri realitas itu sendiri).
v  Positivisme Logis: oleh aliran filsafat ini masalah yang bisa diketahui dan yang tidak bisa diketahuo diubah dalam bentuk yang bermakna dan yang tidak bermakna.
Sumber dan struktur Pengetahuan
Rasionalisme dan empirisme
Menurut rasionalisme, pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pemikiran logis dan deduktif melalui rasio manusia. Sebaliknya menurut empirisme, pengetahuan diperoleh dari pengamatan inderawi manusi, jadi empirisme menekankan karakter eksperimental dan perseptualdari pengetahuan, sedangkan rasionalisme pada karakter kekuatan logika dan matematika.
Hakikat Pengetahuan A Priori
1.      A priori adalah sesuatu yang bersifat intrinsik, ini dikemukakan oleh Descares, Leibniz, Spinoza, dan wolf. Mereka berpendapat bahwa  ide-ide a priori adalah ide-ide bawaan. Manusi mempunyai potensi, disposisi untuk mengembangkan ide-ide yang bersifat universal seperti ide-ide matematis.
2.      A priori sebagai lumen natureale. Manusia mempunyai cahaya batin atau alami (lumen natureale) sehingga mampu membedakan ide-ide yang meragukan dan ide-ide yang jelas, self-evident.
3.      A priori adalah asumsi yang mutlak diberikan. pendapat ini dikemukakan oleh imanuel kant. Ia bermaksud mencari pengandaian-pengandaian atau hipotesis-hipotesis logis yang harus ada sebelum pengalaman terjadi pada  kita.
4.      Penolakan atas pengetahuan a priori. Penolakan ini terutama dilakukan oleh para penganut empirisme, antara lain john stuart mill. Penolakan mereka didasarkan pada dua alasan. Alaan yang pertama adalah bahwa semua pernyataan a priori adalah hipotesis empiris.
Analitik vs sintesis.  Proposisi berisi sesuatu yang merupakan halnya atau bukan halnya tentang kenyataan. Misal, emas ini beratnya 20 gram, dimana emas menunjuk pada suatu penampkan fisik dan beratnya 20 gram merupakan informasi baru yang tidak diperoleh melalui analis.
A priori vs a Posteriori. A priori adalah pengetahuan yang tidak diperoleh melalui pengalaman, sedangkan posteriori diperoleh melalui pengalaman.
Hakikat Pengetahuan Sintesis A Priori. Kant berkeyakinan bahwa “ semua pengetahuan mulai dengan pengalaman, tetapi tidak berasal dari pengalaman”. Para rasionalis menerima ini, sedangkan para empiris tidak. Pengetahuan a priori adalah ala atau perlengkapan yang kita bawa pada pengalaman dan digunakan untuk mengklasifikasikan, mengorganisaikan, dan mengantisipasi pengalaman.
Persoalan Metodologi
Persoalan metodologi sangat berhubungan erat dengan persoalan sumber pengetahuan. Metode ilmu pengetahuan, khusunya ilmu pengetahuan alam, pada dasarnya merupakan gabungan antara empirisme dan rasionalisme, antara observasi empiris dan analisis logis secara matematik.
Persoalan validitas (kebenaran) pengetahuan
Secara tradisional terdapat teori mengenai kebenaran: teori korespondens tentang kebenaran, dan teori pragmatis tentang kebenaran.
Teori korespondensi : menurut paham ini kebenaran terjadi jika  ada kesesuaian antara bentuk-bentuk simbolik bahasa seperti kata, kalimat, gagasan, atau pikiran, dengan keadaan nyatanya, yakni objeknya yang berada di luar kita. Kebenaran demikian adalah adanya ekivalensi, adanya hubngan satu hal dengan  hal lainnya, adanya kesamaan antara aspek simbolis atau refresentatif, yakni kata atau fikiran, dengan keadaan di luar, yakni objek yang disimbolisasikannya.
Teori Koherensi : menurut teori ini, kebenaran terjadi jika suatu sistem proposisi secara internal koheren (runtut) satu sama lainnya. Pernyataan “ 2+2 = 4” adalah benar, sejauh pernyataan itu koheren dengann seluruh pernyataan matematika.
Teori Pragmatik: teori pragmatik tentang kebenaran menghubungkan makna kebenaran dengan proses konfirmasi, pengujian, atau verifikasi. Menurut teori ini, kebenaran bukan hubungan statis anatara pikiran dan dunia luar, melainkan berkaitan dengan konsekuensinya terhadap tindakan.
Teori Performatif:  teri performatif tentang kebenaran meyakini bahawa suatu pernyataan disebut benar jika diputuskan atau dikemukakan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh yang memiliki otoritas tertentu dibidangnya.
Teori konsensus: kebenaran suatu pernyataan pada dasarnya terletak pada aspek sosial dan psikologis, bukan pada isi atau bentuk dari penyataan tersebut.
C.    Metafisika
Apakah metafisika?
Metafisika pada dasarnya meneliti perbedaan penampakan (appearance) dan kenyataan (reality). Karena benda-benda tampak tidak sepenuhnya seperti adanya, maka tugas dari metafisika adalah untuk mengunkap apa yang ada di dasar pengalaman kita, atau kenyataan apa yangsesungguhnya tersembunyi di belakan penampakan indera kita.

Apakah metafisika penting?
Tidak semua filsup mendukung adanya metafisika dan  filsafat. Misalnya saja Auguste Comte, menutunya metafisika sudah out of date, sudah seeharusnya ditinggalkan karena tidak menjelsakan realita secara tepat. Sebaliknya banyak yang filsup juga menjelaskan bahwaa metafisika tidak dapat diabaikan dalam filsafat, bahkan sangat penting keberadaannya. Konstenbaum punya alasannya:
1.      Metafisika tidak bisa dihindari.
2.      Metafisika adalah landasan pengetahuan
3.      Metafisika dapat memcahkan masalah-masalah atau misteri-misteri kehidupan sehari-hari, yang menuntut untuk segera diberikan jawaban.
4.      Metafisika adalah landassan nilai.
Apakah  metafisika mungkin?
Cukup banyak yang menyatakan bahwa metafisika diragukan dengan alasan bahwa metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk membutkikan kebenaran-kebenarannya.

Ontologi
Menurut aristoteles, ontologi pada dasarnya dimaksudkan untuk mncari makna ada dan struktur umum yang terdapat pada ada, struktur yang dinamakan kategori dan susunan ada.

Kosmologi
Prinsip-prinsip pengklasifikasian di dalam kosmologi
Idealisme: ada eberapa jenis idelalisme yakni, personalisme (pesona pribadi merupakan metafor yang sangat tepat untuk memahami dan mendiskripsikan alam semesta, idealisme subjektif (selain tuhan,  kenyataan yang sesungguhnya adalah jiwa-jiwa manusia), monadisme (semua objek pada dasarnya merupakan entita-entitas atau jiwa spiritual, selain itu ada pula jenis idealisme seperti voluntaristi (kehendak manusia adalah akar metafor untuk menjelaskan alam, solipisme (diri manusia individual adalah satu-satunya entitas yang ada).
Materialisme: materialistik menggunakan objek-objek material atau natural sebagai metafor kenyataan yang sesungguhnya, sehigga semua penampakan direduksikan pada materi atau alam.
Dualisme: dualisme meyakini bahwa alam semesta tidak bisa direduksi hanya pada unsur-unsur material saja (seperti materialiasme atau naturalisme) atau spiritual saja (seperti idealisme).
Filsafat Manusia
Kehendak bebas (indeterminisme) vs. Determinisme
Tindakan dan pilihan manusia sudah bisa diprediksikan sebelumnya. Pandangan yang menyatakan bahwa kehendak bebas tidak mungkin dan hanya ilusi beleka dinamakan determinisme. Kita memang dihadapkan pada dilema atau mendengarkan rasio dan mennolak kemngkinan tanggung jawab individu, atau menolak rasio dan mempertahankan kemngkinan kehidpan etis. Jika kita percaya akan adanya kehendak bebas maka kepercayaan kita namakan interdeteminisme atau liberatianism.
D.    Etika
Teori-teori Translatability. Teori ini dapat dibagi menjadi teori-teori teleologis dan teori-teori deontologis. Teori teleologis menegaskan bahwa kualitas etis dari suatu tinadakn trerletak pada konsekuensi, akibat, atau hasil dari tindakan itu. Teori-teori deontologis menolak teori-teori teleologis. Menurut Kant seorang pendukung deontologis menyatakan bahwa isi dari perkataan, aturan, dan tindakan etis tidak bergantung pada konsekuensinya. Nilainya bukan instrumental, melainkan intrinsik, ada dalam perkataan atau perbuatan itu sendiri.
Teori-teori Naturalistik. Teori ini  menegaskan bahwa ungkapan “suatu tindakan adalah baik” dapat diterjemahkan ke dalam bentuk ungkapan “suatu tindakan merupakan sesuatu yang bersifat alami. Teori-teori naturalistik terdiri dari:
1.      Hedonisme. Hedonnisme berpandangan bahwa sikap atau tindakan yang baik adalah sikap atau tindakan yang dapat menimbulkan perasaan senag atau bahagia.
2.      Hedonisme egoistik. Teori berkeyakinan bahwa “suatu tindakan adalah baik”, artinya tindakan  itu kondusif bagi sebsar-besarnya kesenangan dan sekecil-kecilnya rasa sakit pada diri saya.
3.      Hedonnisme Universal (Utilitarianisme). Teori ini berpandangan bahwa “suatu tindakan adalah baik”, berarti tindakan itu kondusi bagi sebesar-besarnya kesenagna dan sekecil-kecilnya rasa sakit pada masyarakat.
4.      Eudaemonisme. Teori ini berkeyakinan bahwa “suatu tindakan adalah baik”, berarti tindakan itu kondusif bagi kesejahteraan (well-being).
Teori-teori Teologis
Teori ini  menerjemahkan istilah-istilah etis ke dalam istilah-istilah yang bukan alami (nonnatural),  melainkan ilahi, teori ini menegaskan bahwa kebenaran etis diketahui dan diverifikasikan oleh wahyu atau kehendak tuhan.
Teori-teori Untranslatability
Teori ini meyakini bahwa istilah-istilah etis sama sekali tidak dapat diterjemahkan ke dalam ungkapan-ungkapan non etis.
 Emotivisme meyakini bahwa teori-teori translability mengandalkan konsepsi yang sempit mengenai bahasa. Fungsi bahasa sesungguhnya adalah deklaratif, deskriptif, indikatif, atau referensial.
Intuitionisme. Menurut teori ini kebenaran etis tergantung pada intuisi tentang prinsip-prinsip yang self-evident.
 
BAB 2
SEJARAH FILSAFAT BARAT
A.    Filsafat Yunani Kuno (600 SM-500 SM)
Mitologi. Jauh sebelum filsafat lahir, masyarakat Yunani telah mengenal mite-mite. Mite-mite tersebut berfngsi sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai teka-teki atau misteri alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat yunani pada saat itu.
Kesusasteraan. Sejumlah ahli dalam psikologi dewasa ini meyakini bahwa kesenian, termasuk kesusasteraan, dapat memperhalus emosi dan meningkatkan kecerdasan. Kesusateraan dapat memperhalus perasaan dan mempertajam   kecerdasan manusia yunani pada saat itu.
Pengaruh Ilmu penegatahuan dari bangsa Timur (Mesir dan Babilonia). Selain di yunani , pada saat yang sama di beberapa negara lain pun berkembang pemikiran-pemikiran intelektual . di mesir misalnya, telah berkembang ilmu kur, yang berawa dari upaya pengukuran ketinggian air sungai nil.  Dengan mengetahui ketinggian air yang aman , mereka dapat melakukan perdagangan dan perjalanan.
Sosial-politik. Pemerintahan yunani kuno sering disebut sebagai cikal bakal pemerintahan demokratis. Ini dapat dipahami karena di negara ini diterapkan kehidupan sosial politik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, setiap warga negara memiliki otonomi dalam bidang hukum dan memiliki kemerdekaan politik untuk mengemukakan pendapat. Kedua, ada “negara-negara bagian “ yang disebut polis.
Filsuf-filsuf yang Membahas Alam
Thales (624-546 SM) dianggap sebagai filsuf pertama di Yunani. Ia adalah filsuf yang berusaha untuk menemukan arkhe (asas atau prinsip) alam semesta.
Anaximandros (610 SM – 546 SM), ia adalah murid thales. Baginya arkhe yang sejati bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindera, melainkan sesuatu yang tidak tampak.
Anaximenes (585 SM -528 SM), merurutnya asal-usul segala sesuatu adalah udara, karena udara merupakan bahan dasar yang membentuk semua benda yang ada dalam alam semesta.
Filsuf-filsuf yang membahas ilmu pasti dan metafisika.
Tokoh-tokoh metafisika  adalah Pytagoras (570-490 SM), Herakleitos (535 -475 SM), Parmenides (hidup sekitar abad ke-5 SM ), Zeno (490-430 SM).
Pytagoras. Ajarannya yang terkenal adalah tentang bilangan atau angka, ia menyusun ohtaf nada,. Menurutnya nada-nada dikuasai dalam hukum matematis, sehingga untuk menguasai nada-nada diperlukan kemampuan memahami angka-angka.
Herakleitos (535-475 SM). Teori ini membahas mengenai metafisika, menrutnya, segala sesuat yang ada di alam semesta itu mengalir, berubah-ubah.
Parmenides. Tokoh ini banyak membahas ontologi, ia menentang pendapat herakleitos tentang   perbahan, menrutnyya, gerak atau perubahan itu tidak mungkin, jika semua berubah, bagaimana kita mengetahui ada perubahan, karena kita sendiri berubah?
Zeno. Zeno adalah murid  paling cerdas dari parmenides. Ia membela gurunya dan berpendapat, 1) argumentasi melawan gerak (perubahan); 2)argumentasi melawan plura; 3) Argumentasi melawan ruang.
Filsuf-filsuf Pluralitas
Tokoh –tokoh aliran fluralis adalah Empedokles (490 SM-430 SM) dan Anaxagoras (500 Sm-428 SM). Menurut Empedokles ada empat unsur atau anasir dalam alam semesta, yait : api, udara, tanah, dan air. Anaxagores (500-428 SM) tidak setuju dengan pendapat empedokles. Menurutnya, unsur-unsur atau anasir-anasir itu jumlahnya pasti lebih dari empat, melainkan tidak berhingga dan masing-masing bercampr baur satu sama lain.
Filsuf-filsuf Atomis
Tokoh-tokoh filsafat atomistik antara lain Leukippos (hidup di awal Pertengahan abad ke-5) an muridnya yang bernama Democrits (460-370 SM). Leukippos adalah orang pertama yang mengajukan teori atomisme, namun Democrituus yang mensistematiskan dan menyempurnakan pemikiran Leukippos, selain mengajukan teori atom, juga mengajkan pendapat mengenai kejadian-kejadian dalam alam semesta.
Filsafat Para Sofis
Ajaran para sofis sangat berbeda dari para filsuf sebelumnya. Mereka tidak tertarik paada filsafat alam, ilmu pasti, atau metafisika. Mereka menilai filsafat-filsafat sebelumnya terlalu mengawang-ngawang. Mereka menkritik filsafat-filsafat sebelumnya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang lebihh konkret seperti makna hidup manusis, moral, norma, dan politik. Tiga serangkai filsuf paling terkemuka Yunani sperti Socrates ( 470-399 SM), Plato (428/427-348/347 SM), Aristoteles (384-322 SM) lahir pada zaman para sofis hidup dan dibesarkan di antara mereka.
Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa yang paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan, melainkan kesehatan jiwa.
Plato. Plato adalah murid Socrates, dia menganalogikan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dengan para tahanan yang selama hidupnya terkurung dalam gua. Kepala mereka enggan menengok ke belakang (ke lubang gua) dan hanya terarah pada dinding gua belaka. Oleh sebab itu merek tidak dapat meliha cahaya di luar gua. Mereka hanya melihat bayangan dirinya sendiri saja, sumber cahayanya berasal dari lubang gua di belakang mereka.
Aristoteles. Dia adalah murid plato, namun dia menentang ajaran gurunya tentang keberadaan dunia ide. Dia  mengaku bahwa dia sangat menyayangi gurunya, tetapi kecintaannya pada kebenarannya membuatnya dia berbeda pandangan dari gurunya itu. Menurutnya tidak ada dunia ide itu, tidak ada kesegitigaan ataupun kekudaan yang sumbernya dari dunia ide. Yang ada adalah segitiga dan kuda ini dan itu saja; jadi segitiga dan kuda  yang konkret.
B.     Filsafat Abad Pertengahan
Thomas Aquinas. Dia memiliki 5 argumen untuk mengetahui keberadaan tuhan, yakni:
a.       Argumen I (Gerak): tidak ada satu bendapun yang mampu menggerakkan dirinya, semua benda pasti ada yang menggerakkan, termasuk manusia, begitu seterusnya. Namun ada akhir dari penyebab yang menggerakkan ini, itulah yang disebut penggerak pertama, dan penggerak itu punya kekuatan yang maha besar , jadi pasti bkan manusia atau makhluk yang serupa manusia, penggerak pertama it adalah Tuhan.
b.      Argmen II (Sebab-Akibat): suatu kejadian adalah penyebab  dari sesuatu, dan penyebab itu timbul dari penyebab-penyebab yang lain. Jika tidak adda prnyrbab awal tidak akan ada serangkaian penyebab seterusnya, penyebab awal it adalah Tuhan.
c.       Argumen III (Ada dan Tiada): ada maa dimana alam semmesta ini belum ada. Sangat tidak masuk akal jika ketika alam semesta ini belum ada, belum ada sesuatu yang niscaya Ada (exact being). Dipastikan bahwa ada sesuatu yang niscaya ada sepanjang masa. Sesuatu yang niscaya ada itu adalah Tuhan.
d.      Argumen IV (Kelas Kualitas): penilaian kualitas memerlukan acauan yang paling absolut dan sempurna. Acuan paling absolut dan semprna itu tidak lain adalah Tuhan.
e.       Argumen V (Keteraturan Perencanaan): keteratuaran itu geraknya mengikuti  suatu pola , berjalan seperti sebuah anak panah menuju tujuan tertentu yang dikehendaki pemanahnya. Pemanahnya itu adalah Tuhan.
Etode ilmiah yang
C.    Filsafat Modern
Berkembangnya ilmu pengetahuan mendorong para filsuf bertanya tentang hakikat manusia itu.  Apakah manusia itu materi fisik atau jiwa? Apakah proses kimiawi dan gerak mekanis yang   terjadi pada alam terjadi juga pada diri manusia?. Materialisme mengajarkan kita bahwa manusia pada dasarnya adalah mmateri, jadi tidak berbeda dari materi lain yang ada dalam alam semesta . sebalinya idealisme mengajarkan bahwa bukan materi, melainkan jiwa yang merupakan inti sari manusia, sehingga gerak gerik badannya bersumber dari kekuatan yang bersifat rohani, yaknni yang ilahi dan jiwa manusia. Adapun para filsuf pada  zaman ini adalah francis Bacon, Thomas Hobbes, Rene Descartes, Spinoza, John Locke, Leibniz, Barkeley, Hume, Kant, Fichte, Hegel, Bentham, Schopenhauer, Comte, john Stuat Mill, Kierkegaard, Marx, Engels, Nietzsche, James.
D.    Filsafat Kontemporer
Profesionalis ilmu filsafat pun tampak dengan jelas dari munculnnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat. Ada cukup banyak jurnal filsafat, baik dalam cetakan maupun elektronik. Leiter melakukan survei di sejumlah negara  untuk mengetahui poplaritas dan kualitas jurnal-jurnal filsafat. Adapun filsuf pada zaman kontemporer yakni; wilhelm dilthey, Edmund Husserl, Henri Bergson, Ernst Cassirer, Bertrand Russel, Ludwig witgenstein, Thomas kun, Gilbert Ryle, Martin Heidegger, Jean paul sarte, Simone de beauvoir, Ricahrd Rorty, paul Ricour, Theodor W. Adormo, Jacques lacan, Foucalt, Levi-strauss, karl popper, Jurgen Hobermas, Slavoj zizek, dan lain-lain .

Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar