PENGANTAR
FILSAFAT BARAT
BAB
1
SISTEM
FILSAFAT
A.
Filsafat
Apakah filsafat itu?
Secara
etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Tidak mudah mendefinisikan
filsafat itu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan filsafat sulit untuk
didefinisikan antara lain:
1. Para
filsuf tidak setuju dalam menentukan perioritas objek kajian filsafatnya.
2. Perbedaan
dalam memberi tekanan pada objek kajian filsafat mendorong mereka
mendefinisikan filsafat secara berbeda satu sama lain.
3. Sejak
berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan empiris filsafat mengalami redefinisi dalam
hal peran dan kontribusinya untuk pengetahuan manusia.
4. Para
filsuf dewasa ini lebih tertarik untuk menganalisi kehidupan manusia secara
nyata, baik kehidupan manusia sebagai individu maupun sosial dan kultural.
Sekalipun
definisi filsafat beragam, namun semuanya memiliki kesamaan, yakni:
1. Karya-karya
mereka pada umumnya berupaya menemukan hakikat terhadap apa yang mereka teliti.
2. Hakikat
yang dicari bukan hanya hakikat objek yang diteliti, tetapi juga subjek yang
meneliti atau yang sedang melakukan pencarian.
3. Para
filsuf tidak melakukan penelitian empiris, baik
survei, eksperimental, atau studi korelasional.
Jenis-jenis
filsafat
Filsafat sebagai analisis
Berarti
bahwa filsafat merupakan suatu analisi terhadap masalah-masalah yang dihadapi
oleh manusia dalam kehidupan. Contohnya adalah analisis atas common sense,
analisi atas masalah-masalah etik atau moral, analisi atas masalah-masalah
estetik, analisis atas keberadaan tuhan dan agama, analisi atas ilmu pengetahuan, analisis atas negara,
analisi atas manusia, analisis atas masyarakat dan kebudayaan, dan analisis
atas kehidupan lainnya. Misalnya politik hukum, ekonomi, dan lain-lain.
Filsafat sebagai sintesis
Berarti
bahwa filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mensintesiskan pengalaman dan
pengetahuan ke dalam suatu visi atau
pandangan mengenai realitas.
Salah
satu cabang filsafat yang dinamakan metafisika, kita dapat menemukan pandangan
yang bersifat materialistik atau idealistik tentang kenyataan. Apa yang tampak
material pada dasarnya adalah modifikasi atau perwujudan dari roh, apakah itu
bersifat individual (aku), kolektif (masyarakat), atau yang tunggal (Tuhan).
Filsafat sebagai pencarian makna hidup
Filsafat
ini mencoba untuk mencari jawaban tentang makna kehidupan. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya antara lain:apakah sebtulnya makna
kehidupan ini? apakah sesungguhnya tujuan hidup mannusi itu?.
Filsafat sebagai tinjauan kritis terhadap berbagai
masalah kemanusiaan
Melalui
filsafat, para filsuf coba mengkritisi dan mengungkap ke permukaan apa yang ada
di balik gejala kehidupan yang oleh orang awam sudah lazim. Menurut karl marx
(1818-1883), Max Hokheimer (1895-1973), Theodor Adorno (1903-1969), Herbert
Marcuse (1898-1973), dan Jurgen Habermas (1929-..) berpendapat bahwa di balik
kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan yang kita jalani ini, terdapat
ideologi-ideologi tertentu yang langsung maupun tak langsung memengaruhi dan
bahkan mendominasi tingkah laku dan pengalaman kita.
Metode dan
Kebenaran Filsafat
Ada
beberapa metode filsafat yang terkenal adalah: dialektika (Plato, Hegel, Marx,
dan Kaum Marxis), skeptisisme (Descartes), Kritik Transedental (kant),
fenomologi (Husserl dan para eksistensialis), intuisi (Bergson), dan
seterusnya. Sekalipun berbagai metode yang ada, namun memiliki ciri yang sangat
esensial, yakni logis (koheren). Tolak ukur untuk mengetahui kebenaran manusia
adalah koherensi, korespondensi, dan pragmatis.
Koherensi adalah jenis
kebenaran suatu pengetahuan, dimana pernyataan-pernyataan yang menyusun
pengetahuan tersebut tidak saling bertentangan, melainkan saling bertautan
(koheren). Korespondensi adalah
jenis kebenaran suatu pengetahuan dimana pernyataan-pernyataan yang menopang
pengetahuan tersebut memiliki acuan pada kenyataan. Pragmatis jenis kebenaran suatu pengetahuan dengan cara mengukur
kegunaan dari pengetahuan itu.
Ciri-Ciri
Persoalan Filsafat
Filsafat
pada dasarnya adalah suatu pendekatan (approach) dalam memandang,
mendiskripsikan, dan menginterpretasikan objek-objek kajiannya. Yang membedakan
filsafat dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah:
1. Ruang
lingkup persoalannya luas
2. Tingkat
abstraksi persoalannya tinggi
3. Ppersoalannya
mendasar (fundamnetal)
4. Persoalannya
tidak dapat dipecahkan oleh metode ilmiah, yakni melalui observasi atau
eksperimen.
5. Pendekatannya
bukan hanya memberi tekanan pada fakta
sebagaimana adanya (das sein), tetapi juga pada bagaimana seharusnya (das
sollen).
Hubungan
Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Kedudukan
filsafat dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagi
berikut:
1. Tujuan
filsafat untuk memahami hakikat dari sesuatu objek yang menjadi kajiannya tetap
dipertahankan,
tetapi informasi atau pengetahuan yang menunjangnya harus bisa
dipertanggunjawabkan bukan hanya secara rasional (logis), tetapi juga secara
faktual (dialami langsung oleh kehidupan kita).
2. Tujuan
filsafat untuk mempersoalkan nilai dari suatu objek (aksiologi) tetap
dipertahankan. Hal ini pun dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan.
3. Filsafatpun
melakukan kajian dan kritik terhadap
persoalan-persoalan metodologi ilmu pengetahuan. Misalnya, kritik filsafat atas
cara kerja dan metodologi ilmu pengetahuan pada prinsipnya mengunutnkan ilmu
pengetahuan, karena dapat menjernihkan dan menyempurnakan ilmu pengetahuan.
Kritik-kritik mereka terhadap sosial dan kemanusiaan menghasilkan
paradigma-pardigma baru dalam ilmu sosial yakni yang bersifat humanistik dan
kritis, di samping positivistik.
Beda Antara
Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Tabel
perbedaan anatara filsafat dan ilmu pengetahuan
|
Filsafat
|
Ilmu Pengetahuan
|
Pertanyaan
inti
|
-apa? (hakikat)
-Mengapa ? (sebab akibat yang bersifat ultimate)
dari mana (asal-usul) dan ke mana (apa yang terjdi berikutnya)
|
-Mengapa? (sebab-akibat)
-bagaimana ? (dinamika)
Berapa banyak? (kuantifikasi, persentase,
frekuensi)
|
Ruang lingkup masalah
|
-luas, mencakup semua hal yang ada dan yang mungkin ada
|
-terbatas pada gejala atau aspek-aspek tertentu,
sejauh yang dapat diukur secara empiris).
|
Metode
|
-Logis-rasional
|
-ilmiah, mencakup rasional, empiris, dan terukur.
|
Fokus kajian
|
-fakta dan
nilai
|
-fakta, terutama dalam pure science
|
Hasil (teori)
|
-intensif (dalam),
-ekstensif (luas)
-kritis (karena berkaita dengan nilai)
|
-khusunya dalam IPS: terbatas pada populasi dan
“kelas “objek yang diteliti.
|
B.
Epistemologi
Pengertian Epistemologi
Epistemologi
berasal dari bahasa yunani, episteme (pengetahuan) dan logos (teori). Jadi
epistemologi adalah suatu kajian atau teori filsafat mengenai (esensi)
pengetahuan.
Hubungan Anatara
Pengetahuan Dengan Kepercayaan Pribadi
Para
filsuf mempertanyai tentang validitas kepercayaan orang awam yang sudah lazim,
apakah bisa dipertanggungjawabkan?. Kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan
yang kita miliki sering berbeda dari yang sebenarnya. Misalnya, kita
seolah-olah melihat garis batas yang bengkook di dasar kolam renang tapi pada
kenyataannya garis tersebut adalah lurus. Persepsi tersebut merupakan gejala
yang terjadi pada otak, dan bahwa perubahan kimiawi dan listrik dalam konteks
merefleksikan perubahan-perubahan dalam dunia nyatta melalui entita-entita yang
sangat teoritis yang dinamakan gelombang elektromagnetik.
Status Pengetahuan Yang
Melampaui Pancaindera
Jika
pengetahuan diperoleh melalui pancaindera, lalu bagaimana dengan yang mengatasi
pancaindera, misalnya metafisika dan agama?, salah satu jawaban penting adalah peran penting
rasio dalam membentuk pengetahuan yang melalmpaui pancaindera tersebut.
Status Ontologis
Teori-Teori Ilmiah
Gelombang
cahaya tidak bisa dilihat seperti kita melihat uang, orang, atau barang. Namun,
dapat dikatakan bahwa cahaya itu ada, mempunyai reallitas dan entitasnya
sendiri. Ia ada, meski tidak bisa divisualisasikan secara akurat. Konsep yang
demikian tidak bisa difikirkan sebagai realitas fisik semata-mata tanpa
interpretasi kita.
Analisi Atas Tindakan
Mengetahui Itu Sendiri
Hussesrl
(1859-1938) menyebutkan bahwa mengetahui pada dasarnya merupakan suatu proses
tindakan kesadaran yang dimulai dari objektifikasi, identifikasi, korelassi,
dan konstitusi. Konsekuensinya tidak ada pengetahuan yang murni objektif,
terlepas dari banya subjek yang
menkonstitusikannya (menciptakannya).
Epitemologi Dan
Psikologi
v Psikologi
tertarik pada fakta-fakta, sedangkan epistemologi tertarik pada upaya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
v Psikologi
menggeneralisasikan dan mendiskripsikan pristiwa-pristiwa yang berhubungan
dengan persepsi, belajar, dan seterusnya; sedangkan epistemologi berkenaan
dengan makna dan keniscayaan kognitif dari proses-proses tersebut
v Psikologi
menyelidiki faktor-faktor kognitif yang memengaruhi dan membentuk persepsi,
sedangkan epitemologi menguji hubungan logis antara stimulus yang dialami
dengan keberadaan dan hakikat dunia di luarnya.
v Psikologi
menyelidiki pentingnya insentif dalam proses belajar, epistemologi mempelajari
batas-batas dan jangkauan pengetahuan manusia.
Ruang Lingkup Epistemologi
Batas-batas
pengetahuan
Sejumlah
jawaban yang diajukan dalam filsafat terkait dengan pengetahuan yang benar yang
mungkin tercapai oleh manusia:
v Skeptisisme:
menurut faham ini tidak mungkin kita mencapai pengetahuan, selain berupa
pengenalan-pengenalan yang bersifat sementara
v Realisme
Naif: menurut faham ini pengetahuan sangat dimungkinkan sejauh bersesuaian
dengan objek yang dipersepsi. Pengetahuan, konsep, gambaran tentang pohon,
misalnya, harus bersesuaian dengan pohon yang diamati.
v Skeptisisme
Descartes (Skeptisisme Metodis): menurut Descartes, segala sesuatu (termasuk
apa yang ada dalam pengetahuan kita dan
bahkan pengetahuan itu sendiri) dapat diragukan keberadaannya.
v Realisme
Kritis: meski pengetahuan hanya mungkin sebatas pengalaman indera (sebagaimana
yang diyakini oleh realisme naif), tetapi pengetahuan yang mengatasi pengalaman
pun dimungkinkan, sejauh ada justifikasi rasional terhadapnya.
v Kritisisme
Immanuel Kant: Menurut Kant, Realitas pada dasarnya ke dalam dua dunia, yakni
dunia fenomenal (phenomenon, atau dunia sebagaimana menampakkan diri pada
pengamat) dan dunia naumenal (naumenon, atau dunia yang sesungguhnya, yang
berada di dalam diri realitas itu sendiri).
v Positivisme
Logis: oleh aliran filsafat ini masalah yang bisa diketahui dan yang tidak bisa
diketahuo diubah dalam bentuk yang bermakna dan yang tidak bermakna.
Sumber dan
struktur Pengetahuan
Rasionalisme dan empirisme
Menurut
rasionalisme, pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pemikiran logis dan
deduktif melalui rasio manusia. Sebaliknya menurut empirisme, pengetahuan
diperoleh dari pengamatan inderawi manusi, jadi empirisme menekankan karakter
eksperimental dan perseptualdari pengetahuan, sedangkan rasionalisme pada
karakter kekuatan logika dan matematika.
Hakikat Pengetahuan A Priori
1. A
priori adalah sesuatu yang bersifat intrinsik, ini dikemukakan oleh Descares,
Leibniz, Spinoza, dan wolf. Mereka berpendapat bahwa ide-ide a priori adalah ide-ide bawaan.
Manusi mempunyai potensi, disposisi untuk mengembangkan ide-ide yang bersifat
universal seperti ide-ide matematis.
2. A
priori sebagai lumen natureale. Manusia mempunyai cahaya batin atau alami
(lumen natureale) sehingga mampu membedakan ide-ide yang meragukan dan ide-ide
yang jelas, self-evident.
3. A
priori adalah asumsi yang mutlak diberikan. pendapat ini dikemukakan oleh
imanuel kant. Ia bermaksud mencari pengandaian-pengandaian atau
hipotesis-hipotesis logis yang harus ada sebelum pengalaman terjadi pada kita.
4. Penolakan
atas pengetahuan a priori. Penolakan ini terutama dilakukan oleh para penganut
empirisme, antara lain john stuart mill. Penolakan mereka didasarkan pada dua
alasan. Alaan yang pertama adalah bahwa semua pernyataan a priori adalah hipotesis
empiris.
Analitik vs sintesis. Proposisi berisi
sesuatu yang merupakan halnya atau bukan halnya tentang kenyataan. Misal, emas
ini beratnya 20 gram, dimana emas menunjuk pada suatu penampkan fisik dan
beratnya 20 gram merupakan informasi baru yang tidak diperoleh melalui analis.
A priori vs a Posteriori.
A priori adalah pengetahuan yang tidak diperoleh melalui pengalaman, sedangkan
posteriori diperoleh
melalui pengalaman.
Hakikat Pengetahuan Sintesis A Priori. Kant
berkeyakinan bahwa “ semua pengetahuan mulai dengan pengalaman, tetapi tidak
berasal dari pengalaman”. Para rasionalis menerima ini, sedangkan para empiris
tidak. Pengetahuan a priori adalah ala atau perlengkapan yang kita bawa pada
pengalaman dan digunakan untuk mengklasifikasikan, mengorganisaikan, dan
mengantisipasi pengalaman.
Persoalan
Metodologi
Persoalan
metodologi sangat berhubungan erat dengan persoalan sumber pengetahuan. Metode
ilmu pengetahuan, khusunya ilmu pengetahuan alam, pada dasarnya merupakan
gabungan antara empirisme dan rasionalisme, antara observasi empiris dan
analisis logis secara matematik.
Persoalan
validitas (kebenaran) pengetahuan
Secara
tradisional terdapat teori mengenai kebenaran: teori korespondens tentang
kebenaran, dan teori pragmatis tentang kebenaran.
Teori korespondensi : menurut
paham ini kebenaran terjadi jika ada
kesesuaian antara bentuk-bentuk simbolik bahasa seperti kata, kalimat, gagasan,
atau pikiran, dengan keadaan nyatanya, yakni objeknya yang berada di luar kita.
Kebenaran demikian adalah adanya ekivalensi, adanya hubngan satu hal
dengan hal lainnya, adanya kesamaan
antara aspek simbolis atau refresentatif, yakni kata atau fikiran, dengan
keadaan di luar, yakni objek yang disimbolisasikannya.
Teori Koherensi : menurut teori ini,
kebenaran terjadi jika suatu sistem proposisi secara internal koheren (runtut)
satu sama lainnya. Pernyataan “ 2+2 = 4” adalah benar, sejauh pernyataan itu
koheren dengann seluruh pernyataan matematika.
Teori Pragmatik:
teori pragmatik tentang kebenaran menghubungkan makna kebenaran dengan proses
konfirmasi, pengujian, atau verifikasi. Menurut teori ini, kebenaran bukan
hubungan statis anatara pikiran dan dunia luar, melainkan berkaitan dengan
konsekuensinya terhadap tindakan.
Teori Performatif:
teri performatif tentang kebenaran
meyakini bahawa suatu pernyataan disebut benar jika diputuskan atau dikemukakan
oleh orang-orang atau tokoh-tokoh yang memiliki otoritas tertentu dibidangnya.
Teori konsensus:
kebenaran suatu pernyataan pada dasarnya terletak pada aspek sosial dan
psikologis, bukan pada isi atau bentuk dari penyataan tersebut.
C.
Metafisika
Apakah
metafisika?
Metafisika
pada dasarnya meneliti perbedaan penampakan (appearance) dan kenyataan
(reality). Karena benda-benda tampak tidak sepenuhnya seperti adanya, maka
tugas dari metafisika adalah untuk mengunkap apa yang ada di dasar pengalaman
kita, atau kenyataan apa yangsesungguhnya tersembunyi di belakan penampakan
indera kita.
Apakah
metafisika penting?
Tidak
semua filsup mendukung adanya metafisika dan
filsafat. Misalnya saja Auguste Comte, menutunya metafisika sudah out of
date, sudah seeharusnya ditinggalkan karena tidak menjelsakan realita secara
tepat. Sebaliknya banyak yang filsup juga menjelaskan bahwaa metafisika tidak
dapat diabaikan dalam filsafat, bahkan sangat penting keberadaannya.
Konstenbaum punya alasannya:
1. Metafisika
tidak bisa dihindari.
2. Metafisika
adalah landasan pengetahuan
3. Metafisika
dapat memcahkan masalah-masalah atau misteri-misteri kehidupan sehari-hari, yang
menuntut untuk segera diberikan jawaban.
4. Metafisika
adalah landassan nilai.
Apakah metafisika mungkin?
Cukup
banyak yang menyatakan bahwa metafisika diragukan dengan alasan bahwa
metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk
membutkikan kebenaran-kebenarannya.
Ontologi
Menurut
aristoteles, ontologi pada dasarnya dimaksudkan untuk mncari makna ada dan
struktur umum yang terdapat pada ada, struktur yang dinamakan kategori dan
susunan ada.
Kosmologi
Prinsip-prinsip
pengklasifikasian di dalam kosmologi
Idealisme:
ada eberapa jenis idelalisme yakni, personalisme (pesona pribadi merupakan
metafor yang sangat tepat untuk memahami dan mendiskripsikan alam semesta,
idealisme subjektif (selain tuhan,
kenyataan yang sesungguhnya adalah jiwa-jiwa manusia), monadisme (semua
objek pada dasarnya merupakan entita-entitas atau jiwa spiritual, selain itu
ada pula jenis idealisme seperti voluntaristi (kehendak manusia adalah akar
metafor untuk menjelaskan alam, solipisme (diri manusia individual adalah
satu-satunya entitas yang ada).
Materialisme: materialistik
menggunakan objek-objek material atau natural sebagai metafor kenyataan yang
sesungguhnya, sehigga semua penampakan direduksikan pada materi atau alam.
Dualisme:
dualisme meyakini bahwa alam semesta tidak bisa direduksi hanya pada
unsur-unsur material saja (seperti materialiasme atau naturalisme) atau
spiritual saja (seperti idealisme).
Filsafat Manusia
Kehendak
bebas (indeterminisme) vs. Determinisme
Tindakan
dan pilihan manusia sudah bisa diprediksikan sebelumnya. Pandangan yang
menyatakan bahwa kehendak bebas tidak mungkin dan hanya ilusi beleka dinamakan determinisme. Kita memang dihadapkan pada dilema
atau mendengarkan rasio dan mennolak kemngkinan tanggung jawab individu, atau
menolak rasio dan mempertahankan kemngkinan kehidpan etis. Jika kita percaya
akan adanya kehendak bebas maka kepercayaan kita namakan interdeteminisme
atau liberatianism.
D.
Etika
Teori-teori
Translatability. Teori ini dapat dibagi menjadi
teori-teori teleologis dan teori-teori deontologis. Teori teleologis menegaskan bahwa kualitas etis dari suatu tinadakn
trerletak pada konsekuensi, akibat, atau hasil dari tindakan itu. Teori-teori deontologis menolak teori-teori
teleologis. Menurut Kant seorang pendukung deontologis menyatakan bahwa isi
dari perkataan, aturan, dan tindakan etis tidak bergantung pada konsekuensinya.
Nilainya bukan instrumental, melainkan intrinsik, ada dalam perkataan atau
perbuatan itu sendiri.
Teori-teori
Naturalistik. Teori ini menegaskan bahwa ungkapan “suatu tindakan
adalah baik” dapat diterjemahkan ke dalam bentuk ungkapan “suatu tindakan
merupakan sesuatu yang bersifat alami. Teori-teori naturalistik terdiri dari:
1. Hedonisme.
Hedonnisme berpandangan bahwa sikap atau tindakan yang baik adalah sikap atau
tindakan yang dapat menimbulkan perasaan senag atau bahagia.
2. Hedonisme
egoistik. Teori berkeyakinan bahwa “suatu tindakan adalah baik”, artinya
tindakan itu kondusif bagi sebsar-besarnya
kesenangan dan sekecil-kecilnya rasa sakit pada diri saya.
3. Hedonnisme
Universal (Utilitarianisme). Teori ini berpandangan bahwa “suatu tindakan
adalah baik”, berarti tindakan itu kondusi bagi sebesar-besarnya kesenagna dan
sekecil-kecilnya rasa sakit pada masyarakat.
4. Eudaemonisme.
Teori ini berkeyakinan bahwa “suatu tindakan adalah baik”, berarti tindakan itu
kondusif bagi kesejahteraan (well-being).
Teori-teori
Teologis
Teori
ini menerjemahkan istilah-istilah etis
ke dalam istilah-istilah yang bukan alami (nonnatural), melainkan ilahi, teori ini menegaskan bahwa
kebenaran etis diketahui dan diverifikasikan oleh wahyu atau kehendak tuhan.
Teori-teori
Untranslatability
Teori
ini meyakini bahwa istilah-istilah etis sama sekali tidak dapat diterjemahkan
ke dalam ungkapan-ungkapan non etis.
Emotivisme meyakini bahwa teori-teori
translability mengandalkan konsepsi yang sempit mengenai bahasa. Fungsi bahasa
sesungguhnya adalah deklaratif, deskriptif, indikatif, atau referensial.
Intuitionisme. Menurut
teori ini kebenaran etis tergantung pada intuisi tentang prinsip-prinsip yang
self-evident.
BAB 2
SEJARAH FILSAFAT BARAT
A. Filsafat
Yunani Kuno (600 SM-500 SM)
Mitologi. Jauh sebelum filsafat
lahir, masyarakat Yunani telah mengenal mite-mite. Mite-mite tersebut berfngsi
sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai teka-teki atau misteri
alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat yunani pada
saat itu.
Kesusasteraan. Sejumlah ahli dalam
psikologi dewasa ini meyakini bahwa kesenian, termasuk kesusasteraan, dapat
memperhalus
emosi dan meningkatkan kecerdasan. Kesusateraan dapat memperhalus perasaan dan
mempertajam kecerdasan manusia yunani
pada saat itu.
Pengaruh Ilmu penegatahuan dari
bangsa Timur (Mesir dan Babilonia). Selain di yunani , pada saat yang sama di
beberapa negara lain pun berkembang pemikiran-pemikiran intelektual . di mesir
misalnya, telah berkembang ilmu kur, yang berawa dari upaya pengukuran
ketinggian air sungai nil. Dengan
mengetahui ketinggian air yang aman , mereka dapat melakukan perdagangan dan
perjalanan.
Sosial-politik. Pemerintahan yunani
kuno sering disebut sebagai cikal bakal pemerintahan demokratis. Ini dapat
dipahami karena di negara ini diterapkan kehidupan sosial politik yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, setiap warga negara memiliki otonomi dalam
bidang hukum dan memiliki kemerdekaan politik untuk mengemukakan pendapat.
Kedua, ada “negara-negara bagian “ yang disebut polis.
Filsuf-filsuf
yang Membahas Alam
Thales
(624-546 SM) dianggap sebagai filsuf pertama di Yunani. Ia adalah filsuf yang
berusaha untuk menemukan arkhe (asas atau prinsip) alam semesta.
Anaximandros
(610 SM – 546 SM), ia adalah murid thales. Baginya arkhe yang sejati bukan
suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindera, melainkan sesuatu yang tidak
tampak.
Anaximenes
(585 SM -528 SM), merurutnya asal-usul segala sesuatu adalah udara, karena
udara merupakan bahan dasar yang membentuk semua benda yang ada dalam alam
semesta.
Filsuf-filsuf
yang membahas ilmu pasti dan metafisika.
Tokoh-tokoh
metafisika adalah Pytagoras (570-490
SM), Herakleitos (535 -475 SM), Parmenides (hidup sekitar abad ke-5 SM ), Zeno
(490-430 SM).
Pytagoras.
Ajarannya yang terkenal adalah tentang bilangan atau angka, ia menyusun ohtaf
nada,. Menurutnya nada-nada dikuasai dalam hukum matematis, sehingga untuk
menguasai nada-nada diperlukan kemampuan memahami angka-angka.
Herakleitos
(535-475 SM). Teori ini membahas mengenai metafisika, menrutnya, segala sesuat
yang ada di alam semesta itu mengalir, berubah-ubah.
Parmenides.
Tokoh ini banyak membahas ontologi, ia menentang pendapat herakleitos
tentang perbahan, menrutnyya, gerak
atau perubahan itu tidak mungkin, jika semua berubah, bagaimana kita mengetahui
ada perubahan, karena kita sendiri berubah?
Zeno.
Zeno adalah murid paling cerdas dari
parmenides. Ia membela gurunya dan berpendapat, 1) argumentasi melawan gerak
(perubahan); 2)argumentasi melawan plura; 3) Argumentasi melawan ruang.
Filsuf-filsuf
Pluralitas
Tokoh
–tokoh aliran fluralis adalah Empedokles (490 SM-430 SM) dan Anaxagoras (500
Sm-428 SM). Menurut Empedokles ada empat unsur atau anasir dalam alam semesta,
yait : api, udara, tanah, dan air. Anaxagores (500-428 SM) tidak setuju dengan
pendapat empedokles. Menurutnya, unsur-unsur atau anasir-anasir itu jumlahnya
pasti lebih dari empat, melainkan tidak berhingga dan masing-masing bercampr
baur satu sama lain.
Filsuf-filsuf
Atomis
Tokoh-tokoh
filsafat atomistik antara lain Leukippos (hidup di awal Pertengahan abad ke-5)
an muridnya yang bernama Democrits (460-370 SM). Leukippos adalah orang pertama
yang mengajukan teori atomisme, namun Democrituus yang mensistematiskan dan
menyempurnakan pemikiran Leukippos, selain mengajukan teori atom, juga
mengajkan pendapat mengenai kejadian-kejadian dalam alam semesta.
Filsafat Para
Sofis
Ajaran
para sofis sangat berbeda dari para filsuf sebelumnya. Mereka tidak tertarik
paada filsafat alam, ilmu pasti, atau metafisika. Mereka menilai
filsafat-filsafat sebelumnya terlalu mengawang-ngawang. Mereka menkritik
filsafat-filsafat sebelumnya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang lebihh
konkret seperti makna hidup manusis, moral, norma, dan politik. Tiga serangkai
filsuf paling terkemuka Yunani sperti Socrates ( 470-399 SM), Plato
(428/427-348/347 SM), Aristoteles (384-322 SM) lahir pada zaman para sofis
hidup dan dibesarkan di antara mereka.
Filsafat
Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa yang
paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan, melainkan
kesehatan jiwa.
Plato.
Plato adalah murid Socrates, dia menganalogikan manusia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari dengan para tahanan yang selama hidupnya terkurung dalam
gua. Kepala mereka enggan menengok ke belakang (ke lubang gua) dan hanya
terarah pada dinding gua belaka. Oleh sebab itu merek tidak dapat meliha cahaya
di luar gua. Mereka hanya melihat bayangan dirinya sendiri saja, sumber
cahayanya berasal dari lubang gua di belakang mereka.
Aristoteles.
Dia adalah murid plato, namun dia menentang ajaran gurunya tentang keberadaan
dunia ide. Dia mengaku bahwa dia sangat
menyayangi gurunya, tetapi kecintaannya pada kebenarannya membuatnya dia
berbeda pandangan dari gurunya itu. Menurutnya tidak ada dunia ide itu, tidak
ada kesegitigaan ataupun kekudaan yang sumbernya dari dunia ide. Yang ada
adalah segitiga dan kuda ini dan itu saja; jadi segitiga dan kuda yang konkret.
B.
Filsafat
Abad Pertengahan
Thomas
Aquinas. Dia memiliki 5 argumen untuk mengetahui keberadaan tuhan, yakni:
a. Argumen
I (Gerak): tidak ada satu bendapun yang mampu menggerakkan dirinya, semua benda
pasti ada yang menggerakkan, termasuk manusia, begitu seterusnya. Namun ada
akhir dari penyebab yang menggerakkan ini, itulah yang disebut penggerak
pertama, dan penggerak itu punya kekuatan yang maha besar , jadi pasti bkan
manusia atau makhluk yang serupa manusia, penggerak pertama it adalah Tuhan.
b. Argmen
II (Sebab-Akibat): suatu kejadian adalah penyebab dari sesuatu, dan penyebab itu timbul dari
penyebab-penyebab yang lain. Jika tidak adda prnyrbab awal tidak akan ada
serangkaian penyebab seterusnya, penyebab awal it adalah Tuhan.
c. Argumen
III (Ada dan Tiada): ada maa dimana alam semmesta ini belum ada. Sangat tidak
masuk akal jika ketika alam semesta ini belum ada, belum ada sesuatu yang
niscaya Ada (exact being). Dipastikan bahwa ada sesuatu yang niscaya ada
sepanjang masa. Sesuatu yang niscaya ada itu adalah Tuhan.
d. Argumen
IV (Kelas Kualitas): penilaian kualitas memerlukan acauan yang paling absolut
dan sempurna. Acuan paling absolut dan semprna itu tidak lain adalah Tuhan.
e. Argumen
V (Keteraturan Perencanaan): keteratuaran itu geraknya mengikuti suatu pola , berjalan seperti sebuah anak
panah menuju tujuan tertentu yang dikehendaki pemanahnya. Pemanahnya itu adalah
Tuhan.
Etode ilmiah yang
C.
Filsafat
Modern
Berkembangnya
ilmu pengetahuan mendorong para filsuf bertanya tentang hakikat manusia
itu. Apakah manusia itu materi fisik
atau jiwa? Apakah proses kimiawi dan gerak mekanis yang terjadi pada alam terjadi juga pada diri
manusia?. Materialisme mengajarkan kita bahwa manusia pada dasarnya adalah
mmateri, jadi tidak berbeda dari materi lain yang ada dalam alam semesta .
sebalinya idealisme mengajarkan bahwa bukan materi, melainkan jiwa yang
merupakan inti sari manusia, sehingga gerak gerik badannya bersumber dari
kekuatan yang bersifat rohani, yaknni yang ilahi dan jiwa manusia. Adapun para
filsuf pada zaman ini adalah francis
Bacon, Thomas Hobbes, Rene Descartes, Spinoza, John Locke, Leibniz, Barkeley,
Hume, Kant, Fichte, Hegel, Bentham, Schopenhauer, Comte, john Stuat Mill,
Kierkegaard, Marx, Engels, Nietzsche, James.
D.
Filsafat
Kontemporer
Profesionalis
ilmu filsafat pun tampak dengan jelas dari munculnnya jurnal-jurnal terkemuka
dalam bidang filsafat. Ada cukup banyak jurnal filsafat, baik dalam cetakan maupun
elektronik. Leiter melakukan survei di sejumlah negara untuk mengetahui poplaritas dan kualitas
jurnal-jurnal filsafat. Adapun filsuf pada zaman kontemporer yakni; wilhelm
dilthey, Edmund Husserl, Henri Bergson, Ernst Cassirer, Bertrand Russel, Ludwig
witgenstein, Thomas kun, Gilbert Ryle, Martin Heidegger, Jean paul sarte,
Simone de beauvoir, Ricahrd Rorty, paul Ricour, Theodor W. Adormo, Jacques
lacan, Foucalt, Levi-strauss, karl popper, Jurgen Hobermas, Slavoj zizek, dan
lain-lain .
Daftar
Pustaka
Abidin,
Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar