Selasa, 19 Januari 2016

MEMBUKA CAKRAWALA PENGETAHUAN DENGAN FILSAFAT ILMU




TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
MEMBUKA CAKRAWALA PENGETAHUAN DENGAN FILSAFAT ILMU”

Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.





Oleh :
Edi Wahyudi
15709251086
Pendidikan Matematika B

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016




MEMBUKA CAKRAWALA PENGETAHUAN
DENGAN FILSAFAT ILMU

A.      Pendahluan
Yogyakarta, 18 Januari 2016 saya akan menguraiakan mengenai makna dari mempelajari Filsafat Ilmu pada Program Studi Pendidikan Matematika yang bersumber dari intuisi atau pengalaman selama mengukuti kuliah satu semester dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Berhubung mata kuliah Filsafat Ilmu ini merupakan mata kuliah yang belum saya peroleh sewaktu mengikuti pendidikan Strata 1 (S1) di kampus Universitas Mataram yang ada di Nusa Tenggar Barat disebabkan kurikulum untuk Pendidikan Matematika tidak ada mata kuliah Filsafat Ilmu.  Meskipun saya belum pernah menerima kuliah Filsafat Ilmu di tempat saya kuliah (S1), bukan berarti saya tidak mengetahui tentang Filsafat Ilmu, pertama kali saya mendengar kata Filsafat ketika saya melakukan diskusi dengan mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram yang pada saat itu mereka merasa kalau Dosen yang mengajar Filsat memiliki pemikiran yang terkadang mereka sulit mengerti dan beranggapan kalau belajar Filsafat bisa mengubah pola pikir dan mengarah pada liberalism.
Berdasarkan hasil yang diasampaikan pada saat diskusi dan menyampaikan pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh Dosen Filsafat kepada mereka itu merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu untuk dipertanyakan. Apalagi itu menyangkut tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dari sinilah saya mengenal, mengetahui dan memperoleh gambaran sedikit tentang pemikiran-pemikiran orang-orang yang mempelajari Filsafat. Sempat muncul pertanyaan dalam diri saya, “Apakah Filsafat ini merupakan suatu paham baru dalam dunia pendidikan yang mengarah pada pemikirian-pemikiran kontemporer dan liberalism?, apakah sebaiknya pelajaran Filasat itu sebaiknya tidak usah dipelajari karna akan menyebabakan pola pikir berubah?, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat itu”.
Setelah mengikuti kuliah Filafat Ilmu selama satu semester di Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dapat saya uraiakan kalau Filsafat Ilmu itu tidak mudah untuk didefinisikan. Filsafat Ilmu itu membahas tentang apa, bagaiamana, mengapa, kenapa, dimana, kapan, oleh siapa dan untuk apa. Dapat dikatakan juga kalau filsafat itu merupakaan suatu analisis atau mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masalah etik (moral), masalah estestika, analisis keberadaan Tuhan dan agama, analisis tentang ilmu pengetahuan, analisis tentang masyarakat dan kebudayaan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk objek dari filsafat ialah yang ada dan yang mungkin ada termasuk didalamnya itu pemikiran tentang Tuhan.  Sebelum lebih dalam membahas tentang Filsafat, sebaiknya terlebih dahulu membangun pondasi tentang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT bagi yang beragama Muslim, dan selalau berdoa dan meminta pertolongan tiada hentik ketika muncul keraguan yang ada di dalam hati dan pikiran masing.
B.       Pembahasan
1.      Hakikat Pengetahuan
Selama mengikuti kuliah filsafat yang menjadi permasalahan adalah mempelajar yang ada dan yang mungkin ada. Permasalahan yang ada itu memiliki banyak sifat atau bisa saya katatakan yang ada itu memiliki berjuta-juta sifat dan keterbatasan yang dimiliki manusia menyebabkan dia tidak bisa menyebutkannya. Begitu juga halnya dengan yang mungkin ada, manusia tidak akan pernah sanggup untuk menyebutkan semua sifat yang mungkin ada itu karena memiliki berjuta-juta sifat yang mungkin ada. Manusia hidup dalam garis reduksionis, dimana manusia akan membuat hidupnya sendiri, menentukan masa depanya sendiri dengan jalan yang telah dipilih masing-masing individu.
Sifat-sifat yang ada dalam filafat itu memiliki sifat tetap,  dimana tesisnya tetap dan antitesisnya tidak tetap. Tokoh yang tetap itu adalah Permenides dan yang berubah itu tokohnya Heramleitos sehingga filasafat yang tetap itu dikenal dengan filsafat Permenides Sianisme dan yang berubah itu dikenal dengan Heramleitos  Sainisme. Hidup tidak akan pernah parsial, karena ketidak parsialan hidup itu menandakan kalau hidup itu sehat, manusia akan selalu menuju kehidupan yang sempurna dan reduksi itu parsial dalam rangka membangun makna dari kehidupan.
Suatu yang ada dalam pikiran bisa dikatakan tetap, tetap dalam arti selalu dalam ingatan walaupun suatu atau benda itu sudah tidak terlihat dan dirasakan oleh pancar indra. Sedangkan di luar pikiran itu dikatakan berubah, berubah dalam arti ketika kita sudah menemukan sesuatu yang ada di laur pikiran itu berbeda dari yang kita bayangkan maka  secara otomatis pemikiran tentang hal itu akan berubah menjadi tetap. Suatu yang tetap yang ada dalam pikiran itu disebut dengan idealis dan filsafatnya disebut filsafat Idealism, sedangkakan yang berubah yang ada di luar pikiran itu disebut dengan Realism. Ada itu juga memiliki sifat tunggal atau disebut dengan filsafat Monisme sedankan yang mungkin ada bisa bersigat banyak/plural atau disebut dengan filsafat Pluralism.
Ada itu merupakan rangkaian, struktur atau bagian dari para dewa (Dosen, Guru, Orang tua, Presiden, Mentri, Walikota dan Bupati) sedangkan yang mungkin ada itu mencakup mahsiswa, siswa dan anak-anak. Setiap yang ada bersifat abstrak dan yang mungkin ada itu bersifat kongkrit. Antara ada dan yang munkin ada ini merupakan perpaduan dari Analitik dan Sintetik, ada itu bersifat Analitik dan yang mungkin ada itu bersifat Sintetis. Sebagai contohnya saya umpamakan sekarang memiliki emas 20 gram, dimana emas menunjukkan pada suat penampakan fisik dan beratanya yang 20 geram merupakan informasi baru yang tidak diperoleh melalui analisis.
Analitik itu bersifat  A Priori dan sintetik itu bersifat A Posteriori, A Priori merupakan atau berisi suatu yang tidak diperoleh melalui pengalaman sedangkan A Posteriori ialah pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Dapat saya simpulkan kalau sebenar-benar dari ilmu pengetahuan itu adalah Sintetik A Priori diman keseimbangan dan kesetabilan antara pengetahuan yang bersumber dari pengalaman dan pengetahuan yang bersumber dari pemikiran itu harus ada.
Dengan adanya pengalaman maka muncullah Empiricis yang bersumber dari pemikiran David Hum, dan dengan pikikan mucullah Rasioanlisme yang dipelopori oleh Descartes yang muncul pada tahun 1671 dan dimasa inilah banyak buku-buku yang bermunculan dan sudah memasuki zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan mendorong para filsuf bertanya tentang hakikat manusi itu sendiri, Apakah manusia itu materi fisik atau jiwa? Apakah proses kimiawi dan gerak mekanis yang   terjadi pada alam terjadi juga pada diri manusia?. Materialisme mengajarkan kita bahwa manusia pada dasarnya adalah materi, jadi tidak berbeda dari materi lain yang ada dalam alam semesta . sebalinya idealisme mengajarkan bahwa bukan materi, melainkan jiwa yang merupakan inti sari manusia, sehingga gerak gerik badannya bersumber dari kekuatan yang bersifat rohani dan jiwa manusia.
Dari zaman Yunani ke Zaman modern memerlukan perjalan yang sangat panjang, mulai dari 3000 SM samapi 1672 M yang pada saat itu terjadi perkembangan pemikiran, sehingga mengalami fase kegelapan pada abad ke-13 sampai abad ke-16 dan disinilah muncul pemikiran dominasi oleh Gereja. Semua kekebenaran itu bersumber hanya pada Gereja dan tidak ada satupun yang boleh bercicara tentang kebenaran pada saat itu. Dan jika ada yang beruha untuk menentang kebenaran yang telah ditentukan gereja maka akan dikenakan hukuman mati, salah satu korbannya juga termasuk Gallileo yang dihukum pancung oleh gereja disebabkan terhadap kecepatan suara pada waktu itu. Munculnya kebangkitan untuk mencari filsafat lama dipengaruhi oleh tokoh yang muncul pada saat itu adalah Aristoteles dan Plato, Aristoteles menganut paham Realis sedangkan Plato menganut pahan Idealis. Jasa dunia timur setelah berperang lewat pertempuran menyelamtkan dokumen barat yang di bawa ke duni timur. Setelah dunia timur kalah perang, mulailah ditemukan kembalai dokumen-dokumen barat  sehingga lahirlah era modern.
Antara analitik A Priori dan Sintetik A Posteriori  tidak ada yang ingin mengalah dengan paham yang dibawa masing-masing, Descartes dan pengikutnya berpendapat kalau ilmu pengetahuan itu merupakan hasil dari pemikiran, sedangkan David Hum berargumen kalau ilmu pengetahuan itu harus berdasarkan pengalaman. Pada tahun 1671 lahirlah Kantianism yang dibawa oleh Immanuel Kant yang mendamaikan antara Descartes dan David Hum dan menyatakan bahwa kalau ilmu pengetahuan itu diambil dari unsur pikiran dan unsur pengalaman. Unsur pikiran adalah A Priori dan unsur pengalaman adalah Sintetik dan sebenar-benar ilmu pengetahuan adalah Sintetik A Priori.
Dengan adaya ilmu pengetahuan maka munculnya berbagai macam aliran-aliran yang ada dalam filsfat, diantaranya:
a.    Skeptisisme: menurut faham ini tidak mungkin kita mencapai pengetahuan, selain berupa pengenalan-pengenalan yang bersifat sementara
b.    Realisme Naif : menurut faham ini pengetahuan sangat dimungkinkan sejauh bersesuaian dengan objek yang dipersepsi. Pengetahuan, konsep, gambaran tentang pohon, misalnya, harus bersesuaian dengan pohon yang diamati.
c.    Skeptisisme (Descartes): menurut Descartes, segala sesuatu (termasuk apa   yang ada dalam pengetahuan kita dan bahkan pengetahuan itu sendiri) dapat diragukan keberadaannya.
d.   Realisme Kritis: meski pengetahuan hanya mungkin sebatas pengalaman indera (sebagaimana yang diyakini oleh realisme naif), tetapi pengetahuan yang mengatasi pengalaman pun dimungkinkan, sejauh ada justifikasi rasional terhadapnya.
e.    Kritisisme Immanuel Kant: Menurut Kant, Realitas pada dasarnya ke dalam dua dunia, yakni dunia fenomenal (phenomenon, atau dunia sebagaimana menampakkan diri pada pengamat) dan dunia naumenal (naumenon, atau dunia yang sesungguhnya, yang berada di dalam diri realitas itu sendiri).
f.     Positivisme Logis: oleh aliran filsafat ini masalah yang bisa diketahui dan yang tidak bisa diketahuo diubah dalam bentuk yang bermakna dan yang tidak bermakna.
Ketika memasuki era Komte (A. Comte) salah satu tokoh yang berasal dari Prancis  dan menulis buku yang berjudul Positivism. A Comte berpendapat kalau dalam membangun dunia tidak menggunakan agama, dia beranggapan kalau sebagian dari agama itu bersifat Irrasional, dan diatas agama itu Ilmu filsafat dan kemudian saintifik. Struktur atau bagian dari kurikulum yang diterapkan di Indonesia ini merupakan hasil dari pemikiran A. Comte yang tersusun dari materi, formal, normative dan spiritual. Sehingga yang phenomena yang terjadi sekarang di Negara Indonesia phenomena kompte yang selalu berdiri tekak yang menjadi bangunan kokoh yang tak tertandingi  yang disebut dengan Power Now. Hampir setiap saat Indonesia diserang dengan produk-produk baru, mulai dari media elektronik dan media social. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia samapai sekarang belum memiliki jati diri yang jelas sebagai suatu bangsa. Untuk menumbuhkan jati diri bangsa adalah dengan memberikan pendidikan karakter bagi usia dini dan membangun karakter dalam diri setiap orang terutama membangun karakter bagi generasi muda penerus bangsa.
2.      Manfaat Belajar Filsafat
a.      Bijaksana dalam Hidup
Kehidupan manusia tentunya adalah mencari kehidupan yang lebih baik dan bahkan mencari yang sebaik-baiknya kehidupan. Kehidupan yang lebih baik merupakan harapan, tujuan, dambaan, dan merupakan cita-cita yang ingin digapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, manusi perlu dibentuk dan diarahkan agar menjadi lebih baik. Penbentukan manusia dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal atau ilmu yang mempengaruhi tentang diri dan lingkungan dimana dia tinggal. Konsep kehidupan manusia tidak akan terlepas dari fislafat, salah satunya yaitu filsafat ilmu itu sendiri. Filsafat ilmu memberikan perspektif yang lebih bijaksana dan kritis.
Bijaksana dalam filsafat itu  adalah sopan terhadap ruang dan waktu, ruang dan waktu bisa berupa situasi dan kondisi dimana seseorang itu berada. Bijaksana juga bisa saya definisikan sama halnya dengan meletakkan sesuatu seseuai dengan tempatnya atau juga bisa saya katakana kalau bijaksana itu memberikan pekerjaan kepada orang yang ahlinya atau mengukur sesuatu sesuai dengan alat ukur yang akan diukur. Orang Barat mendefinisikan kalau orang bijak itu adalah orang yang memiliki pengetahuan yang banyak, memberikan pemikiran baru dalam perkebangan peradabannya, sedangkan orang bagian Timur itu beranggapan kalau orang bijak itu selain memiliki ilmu pengetahuan juga harus memiliki hati nurani. Jadi ketika kita ingin menjadi orang yang bijaksana harus memiliki ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan unsur penting dalam membentuk manusia yang lebih baik. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia maka dia dapat mengembangkan diri dan potensi yang ada dalam dirinya. Dalm hal ini ilmu bisa dikatakan kalau ilmu lebih kritis daripada hanya menerima saja apa yang di dapat dari pengetahuan semata. Pengetahuan disini bisa dimaksudkan sebagai pengetahuan mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya tinggal. Pada saat manusi sudah mengetahui atau mengenal dirinya secara menyeluruh, maka ia akan hidup dengan lebih sempurna dan lebih baik dalam dunianya. Dengan pengetahuan  yang dimiliki tentang lingkungan atau dunia dimana dia tinggal maka manusia akan lebih mudah untuk beradaptasi.
b.      Berpikir Multidimensi
Berbicara tentang multi diemensi  pada dasarnya manusia akan selalu mengalami perubahan dari detik kedtik menuju menit, dari menit menuju jam dan hari-kehari menuju bulan dan kemudian menuju tahun. Sadar tidak sadar manusia pasti akan mengalami itu secara terus menerus disadari atau tidak, suka maupaun tidak suka pasti akan menembus ruang dan waktu. Tidak hanya terjadi pada manusia, melainkan juga pada tumbuhan dan benda mati juga bisa menenmbus ruang dan waktu. Belajar merupakan proses dari yang mungkin ada menjadi ada, dengan berpikir multidimensi seseorang akan berusahan untuk mencari dan berpikir secara terbuka, berusaha mencari perspektif yang berbeda dari suatu hal sehingga menghasilkan suatu yang baru. Dengan berpikir dan bersikap multidimensi seseorang akan menemukan berbagai macam kemungkinan baru, menciptakan peluang baru, terbuka terhadap suatu yang baru dan menemukan dunia yang berbeda yang mungkin belum pernah tergambarkan sebelumnya.
c.       Mengetahui Makna Kebenaran
Filsat ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran, kebenaran itu ada yang disebut dengan kebenaran abslolut. Kebenaran absolute yaitu kebenaran yang bersumber dari Allah SWT yang berupa Firman Allah yang ada di dalam Al-Qur’an yang tidak bisa di ganggu gugat sedikitpun. Manusia juga bisa membuat kebenaran absolute, tapi bersifat konsisten atau sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh dua orang atau lebih. Kebenaran mutlak juga bisa dikatakan sebagai kebenaran yang hakiki dan sejari, dapat dilihat keseluruhan realitas secara objektif, apa adanya dan tidak melakukan manipulasi. Kebenaran mutlak merupakan sifat universal (belaku bagi semua orang), kekal (lintas waktu dan ruang tidak berubah-ubah), integral (tidak ada konplik di dalamnya) dan tanpa salah (bermoral tinggi dan suci).
Manusia jelas bukan kebenaran mutlak, karena ia tidak memenuhi syarat-syaratnya. Manusia bukan kebenaran mutlak karena ia makhluk ciptaan yang terbatas, bersifat subjektif dan dikuasai oleh ruang dan waktu. Bersifat subjektif artinya terhadap objek yang sama manusia mempunyai sudut pandang atau pendapat yang berbeda-beda. Manusia mengerti sesuatu sebatas pengertiannya sendiri dan melihat sesuatu sebatas daya lihatnya sendiri. Dia tidak bisa dan tidak mungkin bisa mengerti dan melihat sesuatu sebagaimana adanya. Jadi kebenaran yang dilihatnya dari sudut pandangnya sendiri (yang terbatas ) itu bersifat relatif, bukan absolut (mutlak). Dikuasai oleh ruang dan waktu mempunyai implikasi bahwa ia tidak mahatahu (artinya banyak hal yang tidak diketahuinya), bisa salah dan selalu berubah berganti.
Jadi kebenaran mutlak yang sejati itu harus datang dari luar manusia. Adapun manusia hanya bisa mempunyai kebenaran relatif. Tidak mungkin ada kebenaran mutlak di level manusia atau yang di bawahnya. Kebenaran mutlak harus datang dari level yang lebih tinggi, dari Allah SWT. Jadi kebenaran mutlak adalah kebenaran yang datang dari Allah Yang Maha Besar.

C.      Penutup
Belajar filsafat merupakan suatu jalan untuk membuka pengetahuan yang sudah ada dan yang mungkin ada dengan belajar dan banyak membaca. Pemahaman bukan hanya sekedar bersumber dari pemikiran semata, melainkan juga bersumber dari pengalaman. Dengan mengikuti perkuliahan filasar selama satu semester saya bisa mengetahui bahwa ilmu pengetahuan itu memiliki makna dan cakupan yang luas. Belajar filsafat tidak hanya seketar belajar tentang jasmani saja, melainkan rohani juga dibutuhkan dan harus memiliki hubungan yang sinergi anatara jasmani dan rohani. Begitu juga dengan pikiran dan hati harus sama-sama sejalan, bagaiman kemampuan berlogika yang kita miliki bisa untuk meningkatkan keyakinan dan keimanan yang ada dalam diri kita. Sedangkan untuk metodologi filsafat  itu menggunakan metode hidup, belajar filsafat menggunakan metode hidup. Metode hidup menghidup-hidupkan itu dari yang tidak ada menjadi ada, kata-kata yang kita dengar bisa menjadikan yang mungkin ada menjadi ada. Tiadalah alasan untuk tidak mensyukuri yang ada maupun yang mungkin ada. Hanya dengan memahami yang mungkin ada, kita bisa mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar