Pertemuan
ke-10 ini dilaksanakan pada selasa tanggal 2 Desember 2015 jam 07.30 sampai
dengan 09.10 di ruang PPG
1 gedung FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Pendidikan
Matematika kelas B pada matakuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampuh Bapak
Prof. Dr. Marsigit, MA.
KETIDAK BERDAYAAN TES TANYA JAWAB
SINGKAT (TTJS)
Terjawab sudah semua pertanyaan yang selama ini terpendam di dalam pikiran. Ketika pertama kali saya mengikuti Tes Tanya Jawab Singkat (TTJS), pertanyaan mucul dari dalam pikiran tentang jawaban-jawaban dari (TTJS) yang seolah-olah jawaban itu belum pernah terbayangkan oleh saya sendiri. Apakah semua jawaban itu benar?, jika benar, darimana sumber buku yang digunakan dalam (TTJS) tersebut?, keanapa jawaban yang saya yakini benar tapi bukan itu jawabannya? Dan bagaimana cara menjawab (TTJS) agar tidak mendapat nilai 0?, apakah semua jawaban dari (TTJS) itu mberupakan jawban yang tidak pasit?. Pertayaan itu terjawab setelah Prof. Dr. Marsigit, MA. Melakukan Tes Tanya Jawab Singkat terahir.
Setelah
adanya tes ini, saya terkejut karena kami diminta untuk menyalahkan semua
jawaban kami hingga tak ada yang dibenarkan. Tentu saja nilai kami semuanya 0.
Namun bapak Prof. Dr. Marsigit, menyalahkan semua jawaban kami dengna alasan tersendiri,
kami tadak mengetahui apapun. Setelah itu, bapak mulai menjelaskan bahwa
sebenarnya tes jawab singkat itu adalah mitosnya bagi kami semua. Maksud bapak
Marsigit mengemukakan nilai 0 seperti ini untuk menyempurnakan, sehingga tidak
ada yang memiliki nilai – nilai yang lain. Bapak menjelaskan bahwa tidak ada
yang perlu disombongkan, dalam tanya jawab singkat itu sebenarnya berupa
penjelasan dengan bahasa masing – masing. Menurut bapak, tes tanya jawab
seperti ini bukan jalannya filsafat. Filsafat itu membaca dan olah pikir
sehingga bapak menghimbau untuk membaca elegi – elegi dengan ikhlas pikir dan
ikhlas hati.
Ilmu
itu ada di dalamnya kontradiksi. Dalam soal tes tanya jawab, adapula yang
berisikan identitas dan identitas masyarakat. Alasan pula jawaban disalahkan
karena memang belum sampai pada dimensinya. Maka, pada saat ini juga kami
diminta untuk bertanya tentang tes tanya jawab. “Fatalnya vital”, vital itu
diartikan sebagai ikhtiar, sedangkan fatalnya adalah doa. Mereka ada dalam satu
rangkaian. Doa itu kontekstual dengan ruang dan waktu. Ikhtiarnya doa, jadi
berusaha kemudian berdoa seperti ingin naik haji maka harus mendaftar terlebih
dahulu. Seperti itulah contoh dari fatalnya vital.Pengalaman bapak Marsigit
ketika ditanya tentang doa, apa hubungan doa dengan matematika. Kemudian beliau
menjawab bahwa dalam melakukan sesuatu itu penting untuk menyebut nama Tuhan.
Sikliknya
Linear,“Linearnya siklik”, linearnya itu tidak akan bergerak pada tempat yang
sama. Dan sebaliknya, lingkaran itu juga tidak selalu pada tempat yang sama.
Hari itu berjalan, waktu itu berjalan dan tidak mungkin tidak ada perubahan
dari hari ke hari selanjutnya. “Intensifnya ekstensif”, “Ekstensifnya
intensif”. Pengertian dalam ontologinya itu diuraikan seluas-luasnya.
Intensifnya itu radik, artinya filsafat itu sedalam – dalamnya bisa di
eksplorasi. “Rasionalnya pengalaman”, memikirkan pengalaman.” Pengalamannya
rasional”, jadi ketika kita memikirkan ingin melakukan sesuatu, maka lakukan
sesuatu itu.
Dewanya
daksa. Subjek dan predikat tidak bisa saling dipisahkan. Jadi bisa diibaratkan
“jika aku ada, maka engkau juga ada” “Disharmoninya harmoni”,”Harmoninya
disharmoni”. Sehebat- hebat manusia itu merasa bahagia, ternyata tidak sampai
mendapatkan kebahagiaan absolut. Manusia itu hidup sempurna dalam
ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan juga ada dalam kesempurnaan. Jika
kesempurnaan itu ada dalam kesadaran, maka akan tidak bebas dalam hidup kita
karena terlalu menyadari semua sesuatu yang terjadi pada diri sendiri.
Analitiknya
sintetik, memikirkan pengalaman. Analitik itu logika, sintetik itu pengalaman.
Sintetik itu pasangan dengan apriori. Filsafat itu dijalankan, membaca elegi
itu termasuk juga melaksanakan filsafat. Membaca yang membuat kita berpikir itu
berarti kita bisa berfilsafat. “Identitasnya kontradiksi”, “Kontradiksinya
identitas”, Misalkan A yang ada pada ruas kiri sama dengan A + 1. Prinsip ini
ada pada ilmu komputer, jika tidak ada rumus ini maka program pada komputer pun
tidak akan berproses. Sehingga identitas ini mengalami kontradiksi karena sifat
itu termuat ke dalam subjeknya. Kontradiksi di dalam dunia ini adalah kuasa
Tuhan, karena kuasa Tuhan itu absolut. Tak ada yang bisa melawanNya. Karena
terjadi seperti itu, maka sebenarnya manusia itu kontradiksi. Kontradiksinya
identitas itu seperti teorema dari Godel, matematika itu identitas, namun
ketika ditambah semuanya, maka terjadilah kontradiksi. Semua itu merupakan
permainan ruang dan waktu. Setelah ditemukan Godel, maka Hilbert yang mengemukakan
(menarik bendera) kepada umum. Semua ilmu itu tidak bisa selalu konsisten,
karena pasti ada kontradiksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar