Pertemuan
ke-8 ini dilaksanakan pada selasa tanggal 18 November 2015 jam 07.30 sampai
dengan 09.10 di ruang PPG
1 gedung FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Pendidikan
Matematika kelas B pada matakuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampuh Bapak
Prof. Dr. Marsigit, MA.
SEBAGIAN
DARI ALIRAN DALAM FILSAFAT
Pertanyaan
pertama dimulai dengan etnomatika, Etnomatematika merupakan pembelajaran
matematika berbasis budaya. Itu salah satu bentuk untuk memperkaya pondasi
pendidikan matematika dengan cara menggali budaya dan harus berorientasi pada
siswa dan jika tidak berorientasi pada siswa maka tidak bisa. Pembalajaran
dengan etnomatematematika harus menggunakan pembelajaran yang inovatif,
kreatif,efektif, berorientasi pada siswa dan memenuhi kebutuhan siswa. Kalau
gurunya memberikan pendidikan
(pembelajaran) dengan cara otoriter, berpikir memberikan ilmu sebayak-banyaknya
maka itu tidak bisa dilakukan.
Pertanyaan ke-2. Bagaimana hubungan
mitos dengan stigma?
Mitos itu riwatnya
manusia lahir itu sudah memiliki mitos, mitos itu yang mestinya bisa dipikirkan
tapi tidak dipikirkan. Jadi kalau agama bukan mitos, kalau agama yang mestinya
tidak perlu dipikirkan. Misalnya berdoa sampai khusuk, tapi motos itu yang
mestinya bisa dipikirkan dan mestinya tidak perlu dipikirkan. Misalnya kalau
zaman dahulu, Bidadari itu turun dari langit menuju bimi itu bentuknya adalah
pelangi, para Yunani kuno berangkapan kalau pelangi itu merupakan jembatan para
Bidadari dari langit menuju bumi. Setelah ditemukan fakta-fakta tentang proses
pembuatan pelangi melalui beberapa eksperimen dengan menggunakan hasil bias
cermin oleh matahari yang diletakkan di dalam air dan pantulan biasnya
diarahkan ketembok maka terbentuklah pelangi. Tapi kalau berenti dijembatann
saja, maka kita akan termakan oleh mitos.
Setiap hari kita
selalau mengalami motos, mitos dan mitos, kalau ktia kemudian memikirkan mitos
dan kemudian menjadi pengetahuan maka akan menjadi logos. Mitos dan logos tidak
bersifat absolut tetapi bersifat relatif kontekstual terhadap ruang dan waktu.
Stetmen-stetmen Prof. Dr. Marsigit MA, yang ditanyakan pada mahasiswa seperti
ini kalau selsesai kuliah dan samapai akhir hayat seperti-seperti itu saja maka
itu akan menjadi mitos-mitos Pak Prof Marsigit. Kalau mahasiswa itu kritis, kreatif
dan berusaha dan berikhtiar maka mahasiswa akan menemukan-menemukan logos dari
motos-mitos. Mitos orang jawa itu kalau
ada gerhana, bulannya hilang karena dimakan raksasa dan orang-orang
bersama-sama keluar memukul gendang, titir dan palu sebagainya. Kalau berhenti
hanya disitu saja bisa, antara linier dan siklik ada batas-batasnya. Mitos itu
adalah karena ketidakpahaman dari dimensi yang lebih rendah memahami dimensi
yang lebih atas.
Pertanyaan ke-3: Perbedaan Skeptisism
dengan Hermenitika
Filsafat itu merupakan
aliran pikiran, seperti hermenitika merupkan filsafat kontenporer seorang
gadamer yang mengekspos, tati penomenanya sudah aja sejak dulu. Orang ragu-ragu
itu sudah ada sejak jaman yunani dan keumudian diekspos oleh deskartes kemudian
diekstrimkan karena mempunyai pengalaman yang benar-benar ekstrim karena tidak
dapan membedakan mimpi dan fakta, dan kenyataan. Hal ini dimungkinkan karena
konteknya, jadi mimpi pun hamper saman dan situasinya juga sama. Intisarinya
adalah meragukan yang mungkin ada dan yang ada dan mencari kepastian dan apa
yang pasit. Hermenitika itu meruapakan dialegtika, filsafat itu ada
batas-batasnya juga. Pada zaman Yunani, sebutan itu ditujukan kepada
Hermes, dia disamakan dan disetarakan dengan Nabi Adam. Hermeneutika juga
digunakan untuk menerjemahkan kitab – kitab. Dalam mendefinisikannya kita juga
harus faham, dengan memberi arti/ maksud secara implisit.
Tentang Hermeneutika dalam konteks
agama dan kitab suci. Semua tergantung ruang dan waktu konsepnya, semua
tergantung rumus, Kalau filsafat itu terlalu singkat maka sangat menyakitkan
untuk orang lain. Mengembangkan formula pada hermeneutika. Fennomena saintifik
itu fenomena menukik/ menajam. Contohnya saja, Jika kita ingin tidur, maka ada
3 macam gaya. Hidup itu fenomenya lengkap, pilarnya itu menukik, mengalir dan
mengembang. Kalau orang barat itu linier, maka bijaksana orang barat itu dapat
mencari sampai ke mars. Hidup itu seperti spiral, harii ini ketemu rabu, besok
ketemu rabu. Semua itu untuk kita bersyukur. Hidup itu membangun kepercayaan,
keluarga, rasa cinta. Maka semua itu butuh ilmu untuk membangun itu semua.
Selanjutnya mengenai
Theisme, percaya pada Tuhan. Jika Pantheisme itu satu TuhanNya. Orang jepang
itu memiliki banyak Tuhan, Tuhan Gunung, Tuhan Laut, dll. Tanpa disadari saat
ini kita telah memiliki tuhan yang banyak, sesuatu yang disukai, fanatik,
hingga maniak. Tuhan harta, jabatan dan pangkat. Setiap hari yang dipikirkan
adalah itu semua. Humanisme dalam filsafat dengan psikologi berbeda. Dalam psilkologi
itu manusiawi, jika filsafat itu berpusat kepada manusia. Berarti Tuhan di
marginalkan. Pemikiran itu memiliki dimensi, memiliki batas, memiliki makna.
Itulah pentingnya membaca agar mengetahui dimensi dan strukturnya, sesuai
dengan ruang dan waktunya. Dari beberapa fenomena di atas, dapat disimpulkan
bahwa filsafat itu memiliki kehidupan, makna, arti. Filsafat yang belum
dibuktikan itu adalah mitos, dan yang sudah terbukti yaitu logos.
"Hidupku dalam fenomena
Compte". Dalam hidup, kita membutuhkan suatu alat komunikasi untuk
berbicara satu sama lain tanpa harus bertemu. Kemudian karena perkembangan
zaman dan teknologi semakin canggih sehingga memudahkan kita. Maka, dengan
adanya hp yang sekarang sudah banyak di pasaran dengan segala macam merk dan harga
dari ratusan ribu sampai jutaan, mereka banyak menghabiskan waktunya dengan hp
daripada dengan orang lain. Karena gadget seperti hp ini, akibatnya sosialisasi
antar masyarakat rasanya kurang erat.
Selain itu, hanya karena hp, banyak
anak – anak yang memanfaatkan hp sebagai mainan, sehingga mainan – mainan
tradisional atau warisan budaya semakin tergerus. Contohnya, di kota sekarang
ini, apakah ada yang masih bermain dengan mainan dengan bahan kayu atau bambu?
Sudah tidak ada lagi. Adapun lagu – lagunya juga, saat ini banyak anak – anak
yang menyanyikan lagu – lagu orang dewasa, karena sudah tidak adanya lagu anak
– anak. Lagu anak – anak pada zaman dahulu, berisi tentang nasehat, ilmu,
bermain, benar – benar menunjukkan dunia anak. Hp semakin maju dan semakin
canggih, anak semakin cepat mempelajari teknologi ini, sehingga bisa saja
menyalahgunakan fungsi dari hp. Untuk itu, sebaiknya anak-anak juga harus
diawasi ketika menggunakan hp atau jauhkan hp dari jangkauan anak – anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar