Kamis, 10 September 2015

PENGENALAN AWAL FILSAFAT ILMU



Refleksi Kuliah Filapat dari Prof.Dr. Marsigit M.A,
dalam kuliah ke-1 pada tanggal 9 September 2015.
PENGENALAN AWAL FILSAFAT ILMU
Ketika kita berbicara tentang Filsafat Ilmu, maka subnya atau domainnya dari Filsafat. Seandainya kita berbicara tentang kehidupan kaum lak-laki dan kaum prempuan sama saja itu subnya atau domainnya tentang kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan sebagian dari Filsafat, oleh karena kita mempelajari filsafat ilmu dan filsafat sebetulnya kalau diringkas menjadi satu prasa filsafat ilmu itu tentang apa, bagaiman,mengapa, kenapa, dimana, kapan ilmu itu, oleh siapa, untuk apa filsafat ilmu itu, sifat-sifatnya apa dan seterusnya mengenai ilmu pengetahuan itu. Tapi kalu apa, dimana, kemana dan sebagainya nanti, kalaubicara tentang dimana saja sudah merentang di sana dan di sini. Misalnya disana Eropa dan di sini Indoesia, di sana menganut Negara Liberal dan di sini menganut Negara Demokrasi. Sedangkan kemana  berarti kita bicara masa lampau yang sudah terjadi dan kita berbicara tentang sejarah, sejarah dalam Filsafat bukan berbicara tentang seratus atau duaratus hari, tetapi belajar filasafat berbicara  ratusan, ribuan dan bahkan ratusan abad yang lalu. Kemudian apa, mengapa, bagaimana, oleh siapa, atau menurut siapa, menurut anda atau menurut saya ( menurut pemikiran para filosf), setiap zaman punya filosof sendiri-sendiri dan maslah dalam filsafat memang cakupannya sangat luas.
            Filsafat identik dengan membaca, ketika seseorang tidak membaca maka tidak ada pula filsafat. Pada saat sekarang ini jangan hawatir untuk tidak membaca, karena sekarang sudah banyak bacaan baikitu berupa media tulis, cetak dan elektronik ( berupa situs, blog, posting yang ada di internet) dan bisa mengunjungi situs http://powermathematics.blogspot.com dan http://uny.academia.edu/MarsigitHrd . Refrensi dalam ilmu filsafat tidak dirujuk karena semua bisa jadi refrensi, semua hal bisa menjadi refrensi dan menjadi laboratorium filsafat.
 Persiapan belajar filsafat itu berdimensi, mualai dari hart, ro, sob, sampai spiritual.  Karena selembut – lembut manusia masih kalah lembut dari ciptaan Tuhan, hal ini dimaksudkan sebaik-baik manusia pasti memiliki kelemahan dan kekurangan. Manusia dapat mengukurwaktu spermiliar detik masih bisa dikalahkan oleh sperseratus miliar detik jam yang paling akurat. Hidup sekarang penuh dengan rekayasa belaka, sehingga orang bisa tidur seharian penuh tanpa hawatir akan hujan, banjir dan gempa yang sedang terjadi. Hal ini disebabkan karena semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibuat oleh manusia.
Objek dari filsafat itu adalah meliputi yang ada dan yang mungkin ada, termasuk yang dipikirkan itu tentang Tuhan. Adap dalam berfilsafat itu harus dilandasi atau dipayungi melalui koridor spiritual kita masing-masing teruma dengan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan terus meminta pertolongan tanpa henti ketika mendapatkan keraguan. Belajar filsafat itu bagaikan menerbangkan layang-layang, jika layang – layang itu tidak diikat maka iya akan terbang begitu saja dan menghilang. Begitu juga dengan kita ketika belajar filsafat tanpa memiliki landasan yang kuat maka kita akan menghilan ( mengalami gangguan jiwa). Jangan menggunakan kehebatan pikiran, kehebatan logika anda untuk menganulir atau  melemahkan keyakinan anda tapi haruslah sebaliknya gunakanlah kehebatan pikiran anda utuk menyuburkan keyakinan, mengisi keyakinan.
Kemudian mengenali metode atau alatnya, alat berfilsafat adalah bahasa analog, bahasa anlog itu ketika bicara tuhan itu sebetulnya aku nyinggun-nyinggung maslah hati dan keyakinan, tetapi berbicara tentang kehidupan chemistry  masalah kehidupan. Metodologi filsafat  menggunakan metode hidup, belajar filsafat menggunakan metode hidup dan sebenarnya hanya orang kurang paham aja belajar apapun menggunakan metode hidup. Metode hidup menghidup-hidupkan itu dari yang tidak ada menjadi ada, kata-kata yang kita dengar bisa menjadikan yang mungkin ada menjadi ada. Tiadalah alasan untuk tidak mensyukuri yang ada maupun yang mungkin ada, manusia begitu halus indikatornya: multi indikator, Hanya dengan memahami yang mungkin ada, kita bisa mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan telah memberikan contoh bagaimana manusia hidup, bahkan tumbuh-tumbuhan menggunakan metode hidup. Salah satu ciri khas metode hidup itu diterjemahkan dan menerjemahkan, sebagai contoh pohon yang terkena sinar matahari menerjemahkan sinar, mengolah, berfotosintesis, kemudian timbul energy dari pohon yang nantinya akan tumbuh tunas dari pohon, berbunga dan tumbuhlah akar dan seterusnya. Andaikata tertutup sinar matahari setengah dari pohon, pohon akan  mengubah arah baying maupun punga yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk mendapatkan sinar matahari. Dari tumbuhan ini kita bisa mempelajari atau mengambil hikmah tentang bagaiaman cara kita untuk selalu berikhtiar dan berdoa sang pencipta. Oleh karena itu kuliah ini diharapkan menjadi kelas yang hidup ( ada aktifitas, ada karakternya,  ada sifat-sifatnya, ada objeknya, ada subyeknya, ada perkembangannya, ada tujuannya, dari tidak ada menjadi ada ) dan sterusnya sifat-sifat hidup diterapkan selama perkuliahan.
Yogyakarta, 9 September 2015
                                 Edi Wahyudi, S.Pd

2 komentar: