Selasa, 06 Oktober 2015

MAKNA KEHIDUPAN ANTARA WADAH DAN ISI



Refleksi Kuliah Filapat dari Prof.Dr. Marsigit M.A,
dalam kuliah ke-2 pada tanggal 16 September 2015
Ruang PPG 1 Lantai 2 Lab Matematika FMIP

MAKNA KEHIDUPAN ANTARA WADAH DAN ISI
Secara filsafat semua yang terjadi di dunia ini bisa dikatakan bahwa ada interaksi antara wadah dan isinya. Dalam konten psikologis, bisa diambil contoh mengendarai motor besar seperti Kawasaki 650CC secara pisikologis. Wadah sama isi, dimana isi menyesuaiakan wadah dan wadah juga terpengaruh oleh isinya, seperti halnya mengendarai motor dengan CC yang besar pisikologisnya harus menyesuaiakan baik dari stamina haru sehat, lincah, semangat dan berani cepat. Kendaraan sebagai wadah bisa menentukan isi secara pisikologis sifat dari pengendara itu yang dialami sehari-hari. Wadah mempengaruhi isi dan isi mempengaruhi wadah merupakan interaksi antara isi dan wadah.
Namu perlu diketahui bahwa isi itu juga berwadah dan wadah itu juga berisi, wadah berwadah dan isi berisi. Isi dipangkatkan dengan seribu juga isi dan wadah dipangkatkan dengan seribu juga wadah. Misalnya motornya bebek dan yang mengendari pak marsigit, isinya berupa pak marsigit. Pak Marsigit yang duduk di depan dan berbicara merupakan wadahnya tapi sebenar-benar Pak marsigit itu yaitu yang ada di dalam pikiran. Semiliar kali semiliar engkau menyebutnya itu tidak cukup untuk mendefinisikan, memperjelas dan menyebutkan siapa itu Pak Marsigit itu. Jadi engkau tidak akan mengerti siapa pak marsigit itu yang engkau ketahui sebagian kecil dari sifatnya (predikat) juga tentang dirimu masing-masing. Begitu juga dengan diriku tidak bisa menjelaskan siapa diriku yang sebenarnya. Maka sebenar-benar hidup adalah berusaha untuk mengertinya walaupun sadar tidak pernah sempurna memahaminya. Yang Maha Sempurna itu hanya Tuhan, tetapi dengan ketidaksempurnaan itulah manusia menjadi hidup dan hidupnya manusia itu adalah ketidaksempurnaan didalam kesempurnaan Tuhan.
                Sebenar-benar ayah kita adalah yang ada di dalam pikiran, jadi yang kita lihat, pegang waktu berjabat tangan itu yaitu tangan ayahmu. Berfilsafat kalau agama tidak cukup bisa berbahya, misalnya kaca dilempar dengan batu kemudian pecah dan pertanyaannya kenapa kaca itu bisa pecah? Jawabannya kaca pecah itu belum tentu dikarnakan batu, itu maksudnya falase atau kesalahan dalam berfikir. Siapa tahu waktu melempar kaca ada terjadi gemba yang menyebabkan kaca pecah atau ada orang yang menembak kaca  terlebih dahulu. Dalam hal ini bisa diakatakan hukum sebab akibat, Defidium yang berusaha membuat teori untuk membantah hukum sebab akibat. Kebenaran umum termasuk masyarakar agamis atau spiritualis bahwa didunia ini berlaku hukum sebab akibat dan tidak berlaku defidium yang membantah hukum sebab akibar.
                Sebenar-benar Ayah kita itu adalah yang ada di dalam pikiran, dalam pikiran disini yang dimaksud adalah apabila suatu objek pernah terlihat dan ada di dalam pikiran walaupun objek itu tidak ada sekarang. Sedangkan yang dimaksud diluar pikiran adalah apabila objek itu belum pernah dilihat, belum pernah disentuh dan belum pernah dilihat satu dari semiliar karakter daripada benda tersebut. Menurut Plato walaupun objeknya sudah tidak terlihat tapi masih teringat dalam pikiran walaupun secara fisik hilang, itulah aliran idealis objeknya ada di dalam pikiran. Tapi menurut muridnya Aristoteles tidak setu dengan Plato, karena Aristoteles seorang realis yang beranggapan bahwa kalau objek tidak bisa dilihat, disentuh dan dipegang berarti benda itu tidak ada, karena dia beranggapan hakekat dari kebenaran itu berada di luar pikiran. Anak kecil itu realis orang tua itu bisa beridealis, antara Plato dan Aristoteles masing-masing punya tokohnya. Sebetulnya yang termasuk realis murni pengikut Aristoteles itu  mengatakan kalu tidak bisa dipegang dan tidak bisa dilihat berarti itu tidak ada, ide kebenaran itu berada di luar pikiran. Itulah sebabnya apabila kita mengajar sesuai dengan subjeknya, sesuai dengan pelakunya apakah untuk orang tua atau untuk anak kecil. Jika untuk orang tua maka bisa digunakan matematika idealis, sedangkan jika untuk anak-anak bisa diterapkan matematika realis. Menyentuh untuk anak kecil itu bisa dianggap sudah membuktikan apalagi dapat dipindahkan, digeser, bisa dianggap membuktikan bagi anak kecil.
                Setiap saat phenomena itu selalu ada dimana-mana dan setiap saat selalu berintraksi, maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara realis dan idealis. Hidup itu adalah interaksi dainemik dalam ruang dan waktu antara realis dan idealis yang terjadi sehari-hari harus seimbang dansemiliar kali semiliar engkau menyebutnya tidak cukup untuk menyebutkan unsure-unsur yang berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan ada prempuan maka hidup ini adalah interaksi antara laki-laki dan prempuan, laki-laki sebagai tesis dan prempuan antithesis dan bersintesis dan menghasilkan anak, anak itu merupakan hasil sintesis dari tesis dan antithesis. Sebenar-benar ilmu dihasilkan dengan menggunakan metode sintesis dengan metode yang baru. Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada, yang mungkin ada itu sesuatu yang belum ada di dalam pikiran tapi bisa saja sesuatu itu mungkin ada. Sedangkan yang ada yaitu sesuatu yang sudah ada di dalam pikiran kita. Manusia merupakan mahluk yang kecil dan tidak punya daya, manusia benar-benar tidak sempurna, denga ketidaksempurnaan manusia menemukan hakikat kehidupannya.
                Sebenar- benar hidup ini adalah berusaha mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada, jadi metode yang paling hakiki dalam mengajar adalah metode hidup. Hidup itu mengadakan yang mungkin ada menjadi ada. Objek filsafat itu adalah semua yang mungkin ada dan yang ada dan bahasa yang digunakan bahasa analog, bahasa analog lebih tinggi dari bahasa kias. Jadi sebenar-benar hidup itu adalah proses menembus ruang dan waktu, dalam filsafat definisi hidup  itu dapat didefinisikan menjadi semiliar definisi.  Hakikat hidup ini hukumnya kontradiksi, maka manusia tidak pernah sama dengan namanya.

2 komentar: